> >

Puncak Musim Hujan Diperkirakan Berlangsung hingga Februari, BMKG Imbau Warga Tetap Waspada

Peristiwa | 15 Januari 2024, 16:42 WIB
Ilustrasi: logo BMKG. (Sumber: BMKG)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisik (BMKG) menyebut puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi hingga Februari 2024, masyarakat diminta agar tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyoroti kemungkinan cuaca ekstrem, termasuk potensi hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi, yang masih tinggi terjadi di berbagai wilayah Indonesia.

Kata Dwikorita, terdapat setidaknya tiga penyebab utama terjadinya cuaca ekstrem. Pertama, aktivitas Monsun Asia yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa hari terakhir. 

Keadaan ini berpotensi disertai dengan fenomena seruakan dingin yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

Faktor kedua adalah adanya daerah tekanan rendah yang terpantau di sekitar Laut Timor, Teluk Carpentaria, dan Samudra Hindia barat Sumatera. Daerah ini dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlambatan kecepatan angin di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan ekuator. 

Dampaknya mencakup peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan dan angin kencang di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi bagian selatan, dengan dampak pada peningkatan gelombang tinggi di sekitar perairannya.

Baca Juga: Masuk Puncak Musim Hujan, BMKG Peringatkan Potensi Bencana saat Cuaca Ekstrem Januari-Februari

Faktor ketiga adalah aktivitas gelombang atmosfer, khususnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), yang menunjukkan kondisi signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca ekstrem dalam satu minggu ke depan. 

MJO terbentuk bersamaan dengan aktifnya gelombang Rossby Ekuatorial, yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah Indonesia.

"Masyarakat harus senantiasa waspada terhadap potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai dengan kilat atau petir dan angin kencang hingga sepekan kedepan," kata Dwikorita di Jakarta dikutip pada, Senin (15/1/2024).

Sedangkan untuk daerah dataran tinggi atau rawan longsor dan banjir, perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak yang ditimbulkan akibat cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang dan berkurangnya jarak pandang.

"Sebaiknya, secara berkala atau sebelum beraktivitas, masyarakat memantau informasi cuaca yang dikeluarkan resmi oleh BMKG. Dengan begitu dapat lebih antisipatif jika sewaktu-waktu terjadi cuaca ekstrem," katanya.

Sementara itu, kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menyampaikan bahwa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi di sebagian wilayah Indonesia.

Yaitu hingga tanggal 13 Januari mendatang berpotensi terjadi di sebagian Sumatera Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua, dan Papua Barat.

Menurutnya, pada tanggal 14-17 berpotensi terjadi di sebagian Aceh, Riau, Kep.Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur,Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua, dan Papua Barat.

 

"Kepada masyarakat di daerah tersebut kami himbau untuk senantiasa waspada terhadap terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan intensitas sedang hingga lebat yang disertai dengan kilat atau petir dan angin kencang," ujarnya.

"Biasanya situasi ini dicirikan dengan kondisi panas terik antara pukul 10.00 hingga 14.00 WIB yang selanjutnya ditandai dengan munculnya awan cumulonimbus (CB) yang berwarna gelap, tebal, dan berbentuk seperti kembang kol," katanya dikutip dari Tribun News.

Baca Juga: Resmi dari BMKG, Ini Prakiraan Daerah yang Berpotensi Banjir pada Dasarian II Januari 2024

Penulis : Kiki Luqman Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV, Tribun News


TERBARU