Mengenang Debat Pilpres Pertama 2004, Tak Ada Saling Serang Malah seperti Monolog
Rumah pemilu | 12 Desember 2023, 05:35 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Debat untuk Pilpres 2024 sudah diagendakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan akan berlangsung selama lima kali. Ajang debat bagi pasangan calon presiden dan wakil presiden di pilpres dimulai untuk pertama kali pada 2004 atau saat pemilihan langsung pertama digelar dalam sejarah perpolitikan modern di Indonesia.
Saat itu, debat dinilai perlu untuk mengenalkan visi, misi, dan program paslon secara lisan maupun tertulis kepada masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003.
Kendala ketika itu adalah, apakah perlu diadakan debat terbuka calon presiden dan wakil presiden ataukah menggunakan peraturan lain.
Berbagai usulan masuk ke Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara.
Baca Juga: Ketika Aktivis Budiman Sudjatmiko dan Andi Arief Kumpul Siapkan Debat bagi Prabowo-Gibran
Ada yang mengatakan agar peserta debat terbuka itu tidak harus calon presiden atau wapres, namun bisa diwakilkan pada tim kampanyenya.
Pada Pilpres 2004, terdapat lima pasangan, yaitu Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, serta Hamzah Haz-Agum Gumelar.
Berdasarkan liputan Harian Kompas yang terbit pada 2 Juli 2004, ada dua acara debat. Pertama tanggal 30 Juni 2004, pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi tampil bersama pasangan Amien Rais-Siswono Yudo Husodo. Kemudian di hari kedua tanggal 1 Juli 2004, tampil tiga pasangan lain Hamzah Haz-Agum Gumelar, Susilo Bambang Yudhoyono- Jusuf Kalla, dan Wiranto-Salahuddin Wahid.
Bertindak sebagai moderator presenter televisi Ira Koesno, dengan menghadirkan beberapa panelis dan banyak penonton.
Semua calon pria menggunakan jas dan dasi lengkap. Hal itu membuat acara debat terlihat sangat formil dan kaku. Karena ini merupakan debat yang pertama dalam sejarah perpolitikan tanah air, ada kesan yang para paslon terlihat serba canggung, bahkan tidak terjadi debat yang sesungguhnya. Meski, sebenarnya masing-masing pasangan punya kesempatan untuk mendebat atau menyerang pernyataan paslon lain.
Misalnya, dengan mengutarakan ketidaksetujuan pendapat yang dilontarkan pasangan capres dalam menanggapi isu yang dilontarkan panelis. Bahkan, panelis sempat menekankan respons atas jawaban calon lain harus disertai alasan setuju atau tidak setuju agar lebih menjelaskan jawabannya.
Dalam dua kali dialog, adu argumentasi tak terjadi. Respon satu calon atas jawaban calon lainnya, lebih merupakan pernyataan setuju atau tambahan atas jawaban yang telah disampaikan.
Baca Juga: Jelang Debat Perdana Pilpres 2024, TKN Prabowo-Gibran Kumpulkan Aktivis dan Korban Penculikan 98
Harian Kompas (16/9/2004) menggambarkan suasana debat kala itu. "Di putaran kedua Pemilu Presiden (Pilpres) 2004, dialog kembali digelar. Namun kali ini, interaksi antarcalon sama sekali tidak ada. Selama dialog, percakapan hanya antara panelis dan calon. Panelis bertanya, calon menjawab. Selain itu, kedua pasangan tampil terpisah. Jadi yang terjadi kemudian justru monolog, bukan dialog."
Penulis : Iman Firdaus Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV