> >

Ramai Soal Politik Dinasti ada di DIY, Kaesang Minta Ade Armando Mundur jika Tak Taat Aturan Partai

Politik | 6 Desember 2023, 23:45 WIB
Ketua Umum politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep pada Senin (4/12/2023) di Malang, Jawa Timur, menanggapi tentang pernyataan Ade Armando yang menyebut Daerah Istimewa Yogyakarta menjalankan politik dinasti. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memastikan taat pada konstitusi. DPP PSI akan mengeluarkan kader yang tidak sejalan dengan keputusan partai.

Begitu kata Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep menanggapi pernyataan kontroversi Ade Armando, kader PSI soal politik dinasti di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kaesang menjelaskan PSI merupakan partai yang beridiologi Pancasila dan patuh akan UUD 1945. Ia juga menegaskan hal itu wajib dimengerti oleh setiap kader PSI. 

Menurutnya jika ada kader yang tidak sejalan dengan azas dan idiologi partai yang patuh dengan konstitusi maka diminta untuk keluar. Termasuk juga kepada Ade Armando yang sudah lebih dulu masuk sebagai kader PSI.

"Jadi buat kader PSI yang tidak bisa mengikuti undang-undang maupun undang-undang dasar (UUD), itu juga buat bang Ade (Ade Armando), maupun kader yang lain yang enggak bisa taat, bisa keluar saja dari PSI," ujar Kaesang di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (6/12/2023). Dikutip dari Antara

Baca Juga: Respons Gibran dan Kaesang soal Megawati Sindir Penguasa Orde Baru

Lebih lanjut putra bungsu Presiden Joko Widodo atau Jokowi ini menjelaskan dirinya merupakan bagian dari Yogyakarta, sehingga sangat mengeri perasaan yang dirasakan warga Kota Pelajar itu terkait pernyataan kontroversi politik dinasti Ade Armando.  

Apalagi warga Yogyakarta mengerti latar belakang Yogyakarta menjadi daerah istimewa. 

"Saya bagian dari Yogyakarta, saya juga menikah di Yogyakarta, istri saya juga orang Yogya," ujar Kaesang.

Sebelumnya diberitakan Kompas.tv Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie menjelaskan DPP PSI menangani secara serius pernyataan Ade Armando soal politik dinasti di DIY.

Menurutnya, Ade Armando sendiri telah mendapatkan teguran keras dari Ketum PSI Kaesang Pangarep. Namun untuk sanksi yang diberukan belum diputuskan oleh DPP. 

Baca Juga: Ade Armando Minta Maaf Usai Singgung Soal Dinasti Politik DIY, Begini Respons Ketum PSI Kaesang!

Grace juga menjelaskan Ade sudah membuat video pernyataan permintaan maaf yang disampaikan melalui media sosialnya.

Dalam video permohonan maaf itu, Ade menjelaskan pendapat yang dilontarkannya adalah opini pribadi, bukan opini PSI dan tidak ada koordinasi sama sekali dengan DPP PSI. 

"Jadi, ini masalah yang buat kami perlu ditangani sangat serius. Oleh karenanya, proses di internal partai masih terus berlangsung. (Sanksi) masih dirapatkan, tapi sudah ada teguran keras langsung dari Mas Kaesang," ujar Grace usai mendampingi Kaesang bersilaturahmi ke kediaman Hasyim Zubair di Pondok Pesantren Nurul Cholil, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Rabu (6/12).

Sebelumnya, politisi PSI Ade Armando menyampaikan kritik kepada para mahasiswa khususnya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gajah Mada (UGM), yang menggelar aksi protes terkait politik dinasti.

Ade Armando menyebut bahwa BEM UI dan BEM UGM ironi karena sesungguhnya Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempraktikkan politik dinasti. Hal itu disampaikan Ade Armando lewat akun media sosial X pribadinya, @adearmando61.

Baca Juga: Saat Pernyataan Ade Armando soal Politik Dinasti dapat Kecaman Warga Yogyakarta di Jakarta

Setelah berujung kontroversi, Ade kemudian menyampaikan permohonan maaf jika video tersebut menimbulkan kegaduhan. 

Permintaan maaf ini disampaikan Ade Armando lewat video yang diunggah di akun media sosial yang sama, @adearmando61, Senin (4/12).

"Saya ingin ajukan permohonan maaf sebesar-besarnya seandainya video saya terakhir tentang politik dinasti telah menimbulkan ketersinggungan dan kegaduhan terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta," ujar Ade Armando dalam video tersebut. 

 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV, Antara


TERBARU