> >

Diaspora Indonesia Mengaku Ada Dugaan Intimidasi oleh Panwaslu Kanada

Politik | 22 November 2023, 13:29 WIB
Ilustrasi coblos kertas suara saat pemilu. (Sumber: Tribun Jogja)

KOMPAS.TV – Diaspora Indonesia mengaku mengalami dugaan intimidasi oleh panitia pengawas pemilihan umum (panwaslu) di Vancouver, Kanada. Dugaan intimidasi ini dialami oleh Robert Prasetya.

Menurutnya, peristiwa itu terjadi sepekan sebelum kegiatan pencanangan Warung D3mokrasi terselenggara di Vancouver.

Robert menerima telepon di ponselnya, yang isinya meminta agar pelaksanaan kegiatan tersebut ditunda.

Telepon tersebut kemudian disusul dengan pesan yang mauk ke ponsel Robert.

 “Tidak ada niat untuk menargetkan individu atau lainnya. Sekadar membantu saling mengingatkan saja, Oom,” bunyi pesan di ponsel Robert sebagaimana dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi Kompas.TV, Rabu (22/11/2023).

Baca Juga: Jawab Hasto soal Tekanan Penguasa, Gibran: Tim Saya juga Diintimidasi, tapi Diem-Diem Aja

Permintaan itu sempat ditolak oleh Robert. Dia kemudian menghubungi rekan-rekannya di Jakarta untuk meminta masukan.

Setelah berkonsultasi, tim Robert mengkonfirmasi bahwa kegiatan yang ia lakukan tidak melanggar undang-undang Pemilu. Karena itu acara tetap jalan.

“Menolak serta mengecam intimidasi dari Panwaslu setempat untuk tidak mengadakan atau menunda acara kami,” tegas Robert.

“Kami telah mendapat masukan dari rekanan penasihat hukum di Jakarta dan Kanada bahwa apa yang kami lakukan tidak melanggar hukum,” lanjutnya.

Meski ada dugaan intimidasi, kegiatan tersebut tetap berjalan, dan dilaksanakan di St Patrick’s Parish Gym, diikuti oleh sekitar 200-an warga Indonesia dari daerah Vancouver dan sekitarnya.

Kegiatan di Vancouver ini juga merupakan pencanangan Warung D3mokrasi yang diinisiasi oleh para relawan salah satu pasangan calon presiden-wakil presiden,secara serentak sekitar sebulan lalu di Toronto, Kanada dan Atlanta, Amerika Serikat.

Kegiatan tersebut, lanjut dia, selain untuk periapan menyambut masa kampanye pada 28 November mendatang, juga merupakan wujud keprihatinan warga akibat keputusan Mahkamah Konstitusi yang dianggap penuh kepentingan politik.

“Ketika kami usulkan ke rekan-rekan di seluruh dunia untuk mentransformasikan platform bersama ini menjadi Warung D3mokrasi, rekan-rekan langsung setuju.”

“Kami juga hari ini sepakat memakai hitam-hitam sebagai pertanda bahwa demokrasi di Indonesia dalam kondisi kritis,” ujar Robert.

Pemilu kali ini, lanjut dia, sangat krusial karena yang dilawan adalah oligarki, dan ada kemungkinan terjadi kecurangan.

“Hal yang tidak pernah kita pikirkan sejak reformasi,” tambahnya.

Baca Juga: Pihak Gibran Pasang CCTV di Rumah Semua Ketua Relawan, Buntut Adanya Dugaan Intimidasi

Selain mengajak untuk memenangkan salah satu paslon di daerah asal masing-masing, mereka juga harus mengawal suara di TPS sampai penghitungan.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU