> >

Projo soal Jokowi Dianggap Tak Netral: Itu Framing, Presiden Tidak Berpihak pada Calon Tertentu

Politik | 3 November 2023, 12:27 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpantun di hadapan para hadirin dalam acara Kompas 100 CEO Forum di Ibu Kota Nusantara, Kamis (2/11/2023). (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo disebut tengah diframing tidak netral oleh sejumlah pihak terkait pertemuannya dengan relawan. Padahal, Ketua Badan Pemenangan Pilpres Pro Jokowi Panel Barus menilai pertemuan Presiden Jokowi dengan relawan merupakan hal yang wajar untuk dilakukan.

“Presiden bertemu dengan banyak orang itu hal yang wajar, yang kemudian memframe bawah ini yang ditemui hanya pendukung calon tertentu saya pikir itu frame saja, framing saja,” ucap Panel dalam dialog Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Jumat (3/11/2023).

“Tahun 2019 juga presiden tetap bertemu dengan siapapun dengan banyak orang, jadi tidak benar kalau kemudian dalam tindakan politik presiden berpihak pada calon tertentu. Saya pikir presiden dalam hal ini sudah bersikap sangat netral. Presiden juga sudah menyerukan menegaskan bahwa ASN harus bersikap netral pada saat Pemilu.”

Baca Juga: SMRC: Tingkat Kedikenalan 3 Bacawapres Naik, tapi Belum Sentuh Popularitas Bacapres

Dalam keterangannya, Panel Barus juga tidak sepakat jika Presiden Jokowi diframing seolah-olah mengatur Mahkamah Konstitusi dalam putusan untuk gugatan syarat maju Pilpres 2024.

“Jangan kemudian diframe juga Pak Jokowi intervensi terhadap proses yang terjadi di Mahkamah Konstitusi. Ini juga kan upaya framing yang jahat saya pikir kalau kemudian itu ditarik-tarik terus bahwa Pak Jokowi terlibat, cawe-cawe untuk putusan-putusan di MK,” ujar Panel Barus.

Berbeda dengan Panel, Pengamat politik Lima Indonesia Ray Rangkuti menyebut penilaian publik yang mengemuka lebih pada respons atas sikap Presiden Jokowi.

“Ya framing atau tidak itu asosiasi yang muncul, ya ga bisa juga orang disalahkan membuat kesimpulan seperti itu karena ada data-datanya, ada fakta-faktanya, itu kan tinggal soal siapa mengambil kesimpulan,” kata Ray.

Baca Juga: SMRC: Pemilih Muda Cenderung Pilih Mahfud Dibanding Gibran, Tak Ada Subjektivitas Generasi

“Kalau Bung Barus harus mengambil kesimpulan nggak ada itu, ya monggo silakan, tapi kalau orang melihatnya, ini nggak tepat ini dengan apa yang dilakukan, ini dua hal yang berbeda, ternyata orang membuat kesimpulan yang lain itu bukan framing. Sama seperti Bung Barus memframing seolah-olah Pak Jokowi selalu benar.”

Ray menambahkan, dalam situasi politik jelang Pilpres 2024 tidak tepat jika menganggap pertemuan yang dilakukan Presiden Jokowi dengan relawan salah satu paslon sebagai hal wajar. Presiden sebagai kepala negara yang menggaungkan netralitas sepatutnya menjaga diri dari keberpihakan.

“Makanya perlu presiden itu menjaga-jaga diri, misalnya kalau disebutkan tadi Presiden boleh bertemu siapa saja. Iya, kalau dalam kondisi normal, macam-macam presiden dengan siapa pun boleh bertemu, kan orang selama ini orang nggak pernah mengkritik misalnya presiden bertemu dengan relawan berulang-ulang,” kata Ray.

Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU