Pengamat: Prabowo Akomodasi Gibran karena Relasi Patron Jokowi yang Tingkat Kepuasan Publiknya 82%
Politik | 23 Oktober 2023, 10:16 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Pakar Komunikasi Politik Universitas Nasional Lely Arrianie sebut Gibran Rakabuming Raka dipilih sebagai bakal cawapres Prabowo Subianto karena memiliki relasi patron dengan Presiden Joko Widodo.
Prabowo Subianto ingin menang di Pilpres 2024 dengan dukungan dari Presiden Jokowi yang memiliki tingkat kepuasan publik 82 persen.
“Akomodasi terhadap Gibran saya pikir itu lebih pada karena dia adalah putranya Pak Jokowi yang dianggap punya kompetisi lebih luas ketimbang yang lain-lain, karena di belakangnya ada Pak Jokowi tentu mesin partai nggak bisa kita abaikan,” ucap Lely.
Di sisi lain, Lely menuturkan terpilihnya Gibran sebagai bacawapres Prabowo mencerminkan jika parpol yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) krisis kader. Sehingga, kata Lely, mengusung Gibran yang berasal dari PDI Perjuangan atau luar koalisi.
Baca Juga: Airlangga dan Megawati Disebut Sudah Komunikasi soal Gibran Jadi Bacawapres Prabowo Subianto
“Partai politik ini seperti kehilangan kader, seperti krisis kader, kenapa tidak mau mengangkat kadernya yang meretrokasi kadernya yang dari bawah berdarah-darah membangun partainya,” kata Lely.
Lely kemudian menyarankan parpol yang tergabung dalam KIM, baik partai Golkar atau pun lainnya dan Gibran sebagai bacawapres untuk berkomunikasi ke lapisan bawah.
Hal ini penting untuk dilakukan dan memberikan rasa keadilan bagi kader yang sudah bekerja dari bawah untuk membesarkan partai politiknya.
“Ini perlu penjelasan yang lebih fair,” ujar Lely.
Sebab, sambung Lely, banyak juga kader-kader dari parpol yang tergabung di dalam KIM dan tercatat memiliki pretasi.
Baca Juga: Besok, Prabowo-Gibran Daftar ke KPU sebagai Pasangan Capres dan Cawapres di Pilpres 2024
“Karena ternyata kader Golkar yang lain lebih banyak yang lebih berprestasi juga kan, kalau lihat dari dinamika itu,” kata Lely.
“Dan yang kedua ini masuk juga pada konsep etika komunikasi politik, bukan etika politik saja tapi etika komunikasi politik. Jadi kulonuwun politik yang kita maksudkan, biasanya kan ada petatah-petitih lebih dulu, berpantun dulu untuk masuk melodinya kepada partai utama dari di mana orang itu.”
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV