Pengamat Nilai SBY 'Turun Gunung' Tak Berpengaruh untuk Prabowo, 62 Persen Pemilih adalah Milenial
Rumah pemilu | 18 September 2023, 20:24 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat politik dari Lingkar Madani Indonesia (LIMA Indonesia) Ray Rangkuti menilai kontribusi Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY tidak akan banyak berpengaruh meski ia ‘turun gunung’ untuk memenangkan Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Sebab, kata Ray, 62 persen pemilih pada Pilpres 2024 adalah generasi milenial yang tidak bersentuhan dengan kepemimpinan SBY saat menjabat sebagai presiden.
“Soal SBY mau turun, tak akan banyak pengaruhnya. SBY adalah masa lalu. 62 persen pemilih kita sekarang adalah milenial yang tidak terlalu dalam bersentuhan dengan era Pak SBY,” ujar Ray kepada KOMPAS TV, Senin (18/9/2023).
“Mereka (pemilih milenial, red) melihatnya adalah Pak Jokowi. Dan sukses Jokowi membuat capaian-capaian (yang dilakukan) SBY tidak terlalu nampak.”
Baca Juga: Demokrat Dukung Prabowo, PPP: Kami Tidak Masalah dengan Koalisi Besarnya
Di samping itu, Ray menilai akan sulit bagi SBY untuk melakukan kampanye untuk memenangkan Prabowo di Pilpres 2024.
Sebab, jika bidang ekonomi yang akan dikritik, SBY tentu akan berhadapan dengan Menko Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Menteri Perdagangan yang juga Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
Adapun Partai Golkar dan PAN tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju yang mengusung Prabowo.
Lalu jika ingin mengkritik bidang pertahanan, kata Ray, SBY akan berhadapan dengan Prabowo sendiri yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
Pun begitu jika ingin mengkritik isu-isu demokrasi, SBY akan berhadapan dengan Partai Gerindra, Golkar, dan PAN yang saat ini berada di dalam pemerintahan Presiden Jokowi.
“Kalau beliau (SBY) memposisikan diri sebagai oposisi di masa pemerintahan Jokowi, beliau kritik ekonomi, ada Airlangga dan Zulkifli Hasan di dalam. Beliau kritik pertahanan, ada Prabowo di dalam,” kata Ray.
“Beliau kritik isu demokrasi yang menurun, ada Golkar, PAN dan Gerindra di dalamnya. Jadi serbasulit untuk menyampaikan isu yang tepat bagi pemilih.”
Baca Juga: Pengamat: Meski Didukung Demokrat, Suara Prabowo Tidak akan Naik Signifikan di Pilpres
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi mengatakan SBY akan memperjuangkan Prabowo menjadi presiden pada Pilpres 2024.
"Pak SBY sendiri menyatakan akan ikut turun gunung untuk memperjuangkan Pak Prabowo menjadi presiden 2024," ungkap Viva kepada wartawan di kawasan Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (17/9/2023).
Dia mengatakan Partai Demokrat telah secara resmi menyatakan mendukung Prabowo sebagai bakal capres pada Pilpres 2024.
"Alhamdulillah bahwa Partai Demokrat hari ini secara resmi menyatakan dukungannya kepada Pak Prabowo untuk menjadi calon presiden di Pilpres 2024," kata Viva.
Baca Juga: PAN: SBY akan Turun Gunung Perjuangkan Prabowo di Pilpres 2024
Ia mengatakan Partai Demokrat hadir di kediaman Prabowo dalam acara silaturahmi Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang diikuti para ketua umum (ketum) partai politik pengusung Ketum Gerindra itu.
"Acara pada hari ini adalah menerima secara resmi, pernyataan dukungan dari Partai Demokrat untuk Pak Prabowo menjadi calon presiden Republik Indonesia di Pilpres 2024," kata Viva, dipantau dari Breaking News Kompas TV.
Seperti diketahui, Partai Demokrat sebelumnya berkoalisi dengan Partai NasDem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). KPP mengusung Anies Baswedan sebagai bakal capres.
Namun, pada 1 September 2023, Demokrat menyatakan keluar dari KPP dan mencabut dukungan bagi Anies.
Hal itu dilakukan setelah beredar kabar Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin akan menjadi bakal cawapres Anies.
Pada 2 September, pasangan Anies-Cak Imin resmi dideklarasikan di Surabaya oleh NasDem dan PKB.
Kemudian pada 15 September, anggota KPP lainnya, PKS, secara resmi menyatakan mendukung pasangan Anies-Cak Imin.
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV