> >

Mengenang Hari Wafat RA Kartini (III-Habis): Bukan Sekadar "Habis Gelap Terbitlah Terang"

Humaniora | 17 September 2023, 10:00 WIB
Buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" versi Bahasa Belanda di Museum  Belanda, dalam judul asli Door Duisternis tot Licht. Buku original masih tersimpan di Museum Bronbeek Belanda. (Sumber: TribunJateng)

Rupanya buku ini tidak sekadar kumpulan surat menyurat tapi juga memberi energi bagi kaum perempuan bukan saja di tanah air tapi juga di dunia.

Tamar Djaja dalam buku "Pusaka Indonesia, Riwayat Orang-Orang Besar Tanah Air" (Bulan Bintang, 1966) menuliskan, "Demikianlah besarnya perhatian dunia terhadap surat-surat Kartini itu, terutama sekali kaum perempuan. Surat-suratnya yang tersusun dan mempunyai cita-cita yang sangat tinggi untuk kemajuan bangsanya itulah yang menyebabkan nama Kartini mendengung ke seluruh dunia," tulis Tamar Djaja. 

Baca Juga: Meski Pandemi, Para Kartini Tetap Bekerja dengan Taat Protokol Kesehatan

Sejarawan Sartono Kartodirdjo dalam buku "Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional" (Gramedia, 1993) menuliskan peran penting buku ini, yang penuh dengan gugatan terhadap tata sosial yang tidak adil.

"Kesempatannya bersekolah dan bergaul dengan anak-anak Belanda membuka matanya serta membangkitkan kesadarannya akan dunia yang lain beserta nilai-nilai dan gaya hidupnya yang berbeda dengan apa yang dihayatinya. Timbullah kejutan kebudayaan baginya, adanya hasrat besar untuk belajar menuntut ilmu pengetahuan, pendeknya mencapai kemajuan," tulis Sartono.

 

Jelas, surat-menyurat itu bukan sekadar sebuah nama "Habis Gelap Terbitlah Terang."

Penulis : Iman Firdaus Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU