> >

Jelang Proklamasi Kemerdekaan: Bom Atom Dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Bung Hatta Terperanjat

Humaniora | 9 Agustus 2023, 13:33 WIB
Foto diambil pada kisaran 1948, menunjukkan kondisi Kota Hiroshima yang hancur luluh lantak, beberapa tahun setelah AS menjatuhkan bom atom di kota itu. Pada 78 tahun lalu, Agustus 1945, AS menjatuhkan bom Little Boy di Kota Hiroshima, Jepang, sebagai tahap akhir PD II yang menewaskan lebih dari 120.000 orang. Setelah Hiroshima, Kota Nagasaki menjadi sasaran berikutnya. (Sumber: (AFP PHOTO/FILES)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Sebelum peristiwa pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, banyak peristiwa penting yang menyertainya. Salah satu yang terpenting adalah dijatuhkannya bom atom di Kota Nagasaki dan Hiroshima, Jepang, pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Peristiwa ini menjadi awal kejatuhan Jepang yang kala itu menjajah Indonesia.

Bom atom yang diberi nama "Fat Man" dijatuhkan di Kota Nagasaki, Jepang. Tiga hari sebelumnya, pada 6 Agustus 1945, AS memborbardir Kota Hiroshima dengan bom uranium bernama "Little Boy". 

Peristiwa paling tragis dalam sejarah perang dunia itu, menelan korban 140.000 orang tewas. Dampak dari bom ini bukan saja korban nyawa, tapi Jepang bertekuk lutut pada sekutu.

Kabar ini segera merembes ke tanah air. Para pendiri bangsa yang kala itu masih berusia muda, menanggapinya dengan satu harapan: Indonesia segera lepas dari penjajahan.

Baca Juga: Perbedaan Isi Teks Proklamasi Asli Tulisan Tangan Soekarno dan yang Diketik Sayuti Melik

Pada 15 Agustus 1945 siang, Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan Jepang melalui siaran radio. Kabar menyerahnya Jepang kemudian menyebar dengan berita utama "Victory in Japan" atau "V-J Day" yang pecah di seluruh wilayah AS dan sekutu.

Secara resmi, menyerahnya Jepang tertuang dalam perjanjian yang ditandatangani pada 2 September 1945 di atas kapal perang AS yang berlabuh di Teluk Tokyo. Di sisi lain, meski hanya berlangsung selama beberapa menit, bom atom meninggalkan luka kelam selama bertahun-tahun.

 

Dalam buku "Menuju Gerbang Kemerdekaan" oleh Mohammad Hatta (terbitan KOMPAS, 2011), Bung Hatta terperanjat dengan kabar ini setelah mendapat kabar dari Sutan Sjahrir.

"Apa yang aku duga di Singapura waktu bercakap-cakap dengan dr Amir bahwa Jepang tidak lagi bulanan, melainkan hanya bilang mingguan, ternyata satu dugaan yang masih optimistis. Kekalahan Jepang itu lebih cepat terjadi. Satu tanda ia tak berdaya lagi," kata Bung Hatta.

Baca Juga: Kisah Teks Proklamasi Disusun Jelang Makan Sahur, Indonesia pun Merdeka di Bulan Puasa

Dan benar, dua hari kemudian setelah Jepang mengumumkan menyerah kepada sekutu, Indonesia menyatakan kemerdekaanya. Merdeka. 


 

Penulis : Iman Firdaus Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU