Bripda Ignatius Disebut Sempat Cekcok Sebelum Ditembak, Keluarga: Korban Tolak Bisnis Sejata Ilegal
Hukum | 28 Juli 2023, 11:52 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Peristiwa tewasnya anggota Detasemen Khusus atau Densus 88 Antiteror Polri, Bripda Ignatius Dwi Frisco (IDF), pada Minggu (23/7/2023) masih menimbulkan pertanyaan.
Tak terkecuali pihak keluarga korban, yang curiga Bripda Ignatius tewas bukan karena tertembak alias kecelakaan, melainkan sebaliknya karena ditembak atau dibunuh.
Ayah Bripda Ignatius bernama Y Pandi meragukan klaim polisi yang menyatakan anaknya tewas karena tertembak oleh seniornya.
Baca Juga: Kronologi Bripda IDF Tewas Ditembak Senior, Densus 88: Senjata Tiba-tiba Meletus Kena Leher Korban
Diketahui, polisi telah mengamankan dua terduga pelaku penembakan terhadap korban Bripda Ignatius, yakni Bripda IMS dan Bripka IG, yang juga anggota Densus 88.
Pandi menduga anaknya Bripda Ignatius sempat cekcok dengan para pelaku sebelum tewas ditembak. Menurutnya, cekcok itu terjadi karena korban menolak tawaran bisnis senjata api atau senpi ilegal di Densus 88.
Dugaan Pandi yang demikian bukan tanpa alasan. Sebab, ia sebelumnya mendapatkan informasi dari penyidik yang melakukan identifikasi kasus tersebut.
"Mereka memberi keterangan bahwa sempat cekcok ketika senior ini mungkin menawarkan bisnis senpi ilegal kepada anak saya, tetapi mungkin barangkali anak saya menolak," kata Pandi dalam wawancaranya dengan Kompas TV pada Kamis (27/7/2023).
Ketika menolak tawaran itulah, menurut Pandi, kemudian terjadi cekcok yang berujung pada penembakan terhadap Bripda Ignatius oleh seniornya.
"Karena dia (IDF) takut dan tahu barang itu ilegal sehingga barangkali IDF tidak berani,” ujar Pandi.
Baca Juga: Pengamat Ingatkan Polri Transparan Usut Kematian Bripda IDF: Jangan Ulang Kasus Brigadir Yosua
“Tidak lama kemudian pelaku ini mengambil senpi di tasnya dan itu meledak mengenai leher anak saya, yang tembus di bawah telinga sampai tembus ke dinding.”
Lebih lanjut, Pandi membeberkan informasi yang didapat dari penyidik yang melakukan identifikasi, bahwa senior polisi yang mendatangi anaknya pada malam kejadian berjumlah tiga orang.
"Keterangan tim penyidik Densus 88 bahwa ketika senior ini datang ke flatnya dan menawarkan senjata barangkali, mungkin yang tadi saya ceritakan, bahwa di situ terjadi cekcok, mungkin karena anak-anak menolak atau apa sehingga terjadi cekcok," ujar dia.
Sementara itu, Juru Bicara Densus 88, Kombes Aswin Siregar, membantah sempat ada pertengkaran sebelum Bripda Ignatius tewas ditembak.
"Tidak ada (pertengkaran). Yang terjadi adalah kelalaian anggota pada saat mengeluarkan senjata dari tas, kemudian meletus dan mengenai rekannya yang berada di depannya," ujar Aswin.
Kombes Aswin lantas mengungkapkan kronologis penembakan yang menewaskan Bripda Ignatius tersebut.
Baca Juga: Satu Polisi Penembak Anggota Densus 88 Bripda IDF Dikenai Sanksi Patsus
Ia menuturkan peristiwa penembakan itu bermula ketika terduga pelaku Bripda IMS mengajak rekannya berinisial Bripda A berkunjung ke salah satu flat Rusun Polri di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu (22/7/2023) pukul 22.35 WIB.
Sesampainya di rusun itu, keduanya lantas bertemu dengan korban Bripda IDF. Selain itu, ada pula Bripda Y dalam pertemuan tersebut.
“Pada pukul 01.38 WIB, mereka berkumpul di kamar flat Rusun Cikeas bersama Bripda IMS, Bripda IDF, Bripda A, dan Bripda Y,” kata Aswin dalam keterangannya pada Kamis (27/7/2023).
Selanjutnya, kata Aswin, pada pukul 01.42 WIB, Bripda IMS mengeluarkan senjata api yang disimpan di dalam tasnya untuk diperlihatkan kepada korban Bripda IDF.
“Tiba-tiba senjata itu meletus dan mengenai bagian leher Bripda IDF,” kata Kepala Bagian Perencanaan dan Administrasi (Kabagrenmin) Densus 88 AT Polri itu.
Setelah Bripda IDF tertembak, kata Aswin, Bripda IMS kemudian langsung dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Baca Juga: Sosok Anggota Densus 88 Bripda IDF yang Ditembak Seniornya, Ternyata Anak Pejabat Daerah di Kalbar
“Korban segera dilarikan ke Rumah Sakit Kramat Jati oleh saksi dan penghuni flat Cikeas yang lain,” ujarnya.
Namun, Aswin mengatakan, korban Bripda IDF dinyatakan meninggal dunia pada saat tiba di rumah sakit.
Menurut Aswin, pelaku penembakan dalam kasus ini adalah Bripda IMS. Korban Bripda IDF dan Bripda IMS diketahui sama-sama bertugas sebagai anggota Sub-Bagian Tahanan dan Barang Bukti (Subbagtahti) Bagian Operasional (Bagops) Densus 88 AT Polri.
Aswin menambahkan, kasus penembakan yang menewaskan Bripda IDF saat ini ditangani dan didalami oleh Polres Bogor bersama Divisi Provos Densus 88.
Kombes Aswin menuturkan, pelaku penembakan saat ini sudah ditahan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
“Para pelaku sudah diamankan dan dilakukan penahanan. Korban sudah dijemput oleh keluarga untuk dimakamkan di Melawi, Kalimantan Barat,” kata Aswin.
Baca Juga: Respons Kasus Polisi Tembak Polisi di Bogor, Mahfud MD: Tidak Perlu Bicara dengan Kapolri
Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Kompas.com