> >

Tanggapi Cawe-Cawe Jokowi, Nasdem Harap Presiden sebagai Negarawan Jaga Pemilu Jujur dan Adil

Rumah pemilu | 31 Mei 2023, 06:15 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menerima para finalis ajang Puteri Indonesia tahun 2023 di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (22/05/2023). (Sumber: Sekretariat Kabinet RI)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Nasdem, Dedy Ramanta, mengungkapkan bahwa partainya berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) memosisikan diri sebagai negarawan menjelang pemilihan umum (pemilu), terutama Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.

Bagi Nasdem, kata dia, Presiden Jokowi hendaknya bertindak sebagai seorang negarawan yang mewujudkan pemilu yang jujur dan adil.

"Dan transisi demokrasi ini berjalan dengan baik, dan seluruh komponen kepentingan bangsa beliau fasilitasi untuk dikomunikasikan," ucap Dedy Ramanta, di program Kompas Petang, Kompas TV, Selasa (30/5/2023).

Pernyataan cawe-cawe Jokowi itu, kata dia bisa berdampak pada ketidakadilan dalam Pemilu 2024 mendatang.

"Beliau kepala pemerintahan, kepala negara, panglima tertinggi ABRI, pengguna Badan Intelijen Negara, dan seterusnya, maka jika terlibat dalam politik tata laksana pemilu dan kemudian bertentangan dengan Undang-Undang Pemilu, yang mengharuskan aparatur pemerintah negara itu netral, berdampak pada unfairness (ketidakadilan)," ujarnya.

Baca Juga: Soal Cawe-Cawe Jokowi Jelang Pilpres 2024, Demokrat: Presiden Bukan Ketum Partai, Harus Netral

Dedy menilai, cawe-cawe atau ikut campur yang dilakukan Jokowi melambangkan dua hal. Pertama, Jokowi mendukung calon yang satu frekuensi atau sejalan dengannya.

"Sinyal itu diberikan kepada seluruh kekuatan politik dan pimpinan parpol," terangnya.

Kedua, Jokowi mengajak para pendukungnya untuk mendukung calon presiden (capres) yang ia pilih.

"Bagi para pendukungnya, atau mungkin juga yang lain, itu sebagai perlambang bahwa, 'oke, kalian harus ikut aku dan aku akan pilih capres yang kira-kira sefrekuensi'," jelasnya.

Ia menambahkan bahwa Nasdem, yang telah 10 tahun menjadi bagian dari pendukung Jokowi, memahami betul karakter mantan Gubernur DKI Jakarta dan mantan Wali Kota Solo itu.

"Pak Jokowi ini kan memang tidak suka berpidato, jadi banyak yang disimbolisasikan atau diperlambangkan dalam semua pikiran Pak Jokowi sebagai presiden," terangnya.

Baca Juga: Soal Jokowi Cawe-Cawe, Pengamat: Ingin Pilpres 2024 Damai tapi Penggantinya Harus Lanjutkan Kerja

Sebelumnya, Presiden Jokowi mengakui bahwa dirinya cawe-cawe atau mencampuri urusan kontestasi politik menjelang Pilpres 2024.

Pernyataan Jokowi tersebut disampaikan ketika bertemu dengan sejumlah pemimpin redaksi media massa nasional di Istana, Jakarta, Senin (29/5/2023) sore. 

Ia menilai, bangsa ini membutuhkan pemimpin yang bisa menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada 2030.

Oleh karena itu, Presiden Ketujuh RI itu menilai, kebijakan dan strategi kepemimpinan berikutnya akan menjadi penentu Indonesia untuk menjadi negara maju atau tidak.

"Karena itu saya cawe-cawe. Saya tidak akan netral karena ini kepentingan nasional," katanya di hadapan para pemimpin redaksi media massa nasional, Senin (29/5).

"Kesempatan kita hanya ada 13 tahun ke depan. Begitu kita keliru memilih pemimpin yang tepat untuk 13 tahun ke depan, hilanglah kesempatan untuk menjadi negara maju," imbuhnya.

 

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU