Pendiri CSIS Beberkan Perbedaan Kepemimpinan SBY dan Jokowi, Ada yang Ragu-Ragu dan Punya Nyali
Politik | 26 Mei 2023, 06:40 WIB"Jadi karena itu saya lihat tekanan yang diterima Jokowi memaksanya berbuat sesuatu untuk mengamankan agar dirinya tidak percuma menjadi seorang presiden. Karena itu dia ikut campur siapa yang jadi pengganti, kelihatan sekali," ujar Jusuf.
Lebih lanjut Jusuf menilai langkah Jokowi tersebut bukan karena sindrom pasca-kekuasaan, tetapi keinginan agar program pembangunan yang telah dibuat tetap berjalan.
Jusuf juga tidak sependapat bahwa langkah Jokowi yang ikut terjun ke bawah dalam menggodok calon pemimpin di Pilpres 2024 sudah berlebihan.
Menurut Jusuf, langkah tersebut tidak terlepas dari latar belakang Jokowi dari orang kecil yang merasakan bagaimana ketertinggalan.
Baca Juga: Prabowo dan Ganjar Berebut Efek Elektoral Jokowi?
Oleh karena itu setelah menjadi orang nomor satu di Indonesia, Jokowi mencoba memberikan yang terbaik untuk melanjutkan programnya selama mungkin.
"Saya kira ini tidak terlalu jauh, itu hal baik yang dilakukan Jokowi untuk mempertahankan hingga akhir masa jabatannya, semua perlu dilakukan sampai di akhir masa jabatannya," ujarnya.
"Kalau mau berarti harus bekerja sampai akhir, beliau ini mempunyai dorongan yang kuat untuk mempertahankan supaya masa depannya itu tidak percuma," sambung Jusuf.
Penulis : Johannes Mangihot Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV