Mengenal Ritual Thudong, Perjalanan Spiritual Biksu Tempuh Ribuan Kilometer dengan Jalan Kaki
Humaniora | 15 Mei 2023, 18:41 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Masyarakat tengah dibuat kagum oleh perjalanan ribuan kilometer atau Thudong yang dilakukan para biksu dari berbagai negara.
Mereka berangkat dari Thailand menuju Indonesia, tepatnya menuju Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Sebanyak 32 biksu melaksanakan ritual Thudong dengan berjalan kaki dari Nakhon Si Thammarat, Thailand, ke Candi Borobudur, Indonesia. Ritual tersebut dimulai pada 23 Maret 2023 lalu.
Rencananya, para biksu akan tiba di Candi Borobudur pada Rabu (31/5/2023) untuk menyambut Hari Raya Waisak 2023 pada 4 Juni 2023 mendatang.
Baca Juga: Di Balik Perjalanan 32 Biksu dari Thailand ke Candi Borobudur: Tak Bawa Uang, Lewati Cuaca Ekstrem
Apa Itu Thudong?
Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Buddha Supriyadi menjelaskan bahwa perjalanan ribuan kilometer dengan berjalan kaki yang dilakukan 32 biksu tersebut merupakan ritual Thudong.
“Thudong adalah perjalanan spiritual atau religi yang dilakukan untuk mengikuti jejak Buddha pada zaman kehidupannya. Saat itu, belum ada wihara atau transportasi,” jelas Supriadi, Minggu (14/5/2023), seperti dikutip dari Kompas.com.
Selama berjalan kaki melintasi jarak yang cukup jauh, para biksu ini melakukan perenungan demi memenuhi darma atau kewajiban mereka.
Sebelum melakukan perjalanan, para biksu harus melewati ritual berdiam diri di satu tempat dan berpuasa selama empat bulan.
Ritual ini dilakukan pada musim hujan. Kemudian, saat musim kemarau atau musim semi tiba, Thudong dimulai.
Tujuan dilakukannya Thudong tak lain adalah untuk mendapatkan dan mengembangkan kemampuan spiritual para biksu.
Supriyadi menambahkan, perjalanan Thudong tidak terbatas pada jarak rutenya.
Tak hanya itu, Thudong juga tidak dibatasi usia. Biksu muda atau dewasa dapat melakukannya, selama memiliki fisik dan rohani yang kuat.
Baca Juga: Sebelum ke Candi Borobudur, 32 Biksu yang Jalan Kaki dari Thailand Akan Singgah di Semarang
Kebutuhan Makan Selama Thudong
Selama menjalani Thudong, biksu tidak membawa uang. Untuk memenuhi kebutuhan energi, biksu akan menerima makanan atau pindapata dari umat Buddha.
“Bhante mendapatkan dukungan dari umat, menerima dana makan dari umat melalui mangkuk,” jelas Supriyadi.
Jadwal makan para biksu yang menjalani Thudong juga memiliki aturan yang ketat.
Mereka hanya diperbolehkan makan 1-2 kali sehari, yakni pukul 07.00 pagi dan 12.00 siang. Setelah jam 12.00 siang, mereka hanya diizinkan minum saja.
“Kalau disertai dan diawali dengan tekad kuat, menjadi motivasi untuk pengembangan kepribadiannya. Kalau kesal dan lapar, tidak mengeluh,” papar dia.
Baca Juga: Perayaan Hari Raya Waisak: 32 Biksu dari Thailand dan Negara Asia Jalan Kaki ke Candi Borobudur
Bagaimana dengan Istirahat?
Supriyadi bilang, biksu akan bermeditasi selama menjalani Thudong, termasuk saat istirahat.
Mereka tidur dengan alas yang tidak lebih dari 50 sentimeter. Beberapa biksu bahkan tidur sambil duduk.
Adapun, lokasi peristirahatan biksu bukan di penginapan, melainkan di tempat-tempat ibadah lintas agama, seperti wihara, kelenteng, hingga pesantren.
Di Indonesia, bahkan para biksu akan singgah di pondok pesantren Habib Luthfi di Pekalongan, Jawa Tengah.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas.com