> >

Soal Potret Kerukunan Pascareformasi, Guru Besar UIN: Dialog Jadi Basis Terbentuknya Kohesi Sosial

Humaniora | 10 Mei 2023, 23:50 WIB
Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama (Kemenag) Pusat, M Arfi Hatim saat memberikan pengantar pada bedah buku Potret Kebijakan Pembangunan Kerukunan Beragama Pascareformasi Di Indonesia di Jakarta, Selasa (9/5/2023). (Sumber: Dok Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kemenag)

Karena kerukunan terintegrasi dengan kehidupan nyata, terutama dengan aspek suasana sukaria dan kesedihan sosial.

Untuk itu, potensi kebijakan primus interpares yang menempatkan diri di atas semua keragaman.

"Pancasila sebagai hasil dialog antar pemikiran yang dipadukan menjadi filsafat hidup berbangsa yang mengatasi semua aspek pemisah di antara masyarakat," ujarnya.

Maka, lanjut Ridwan, ada faktor kekuatan kebijakan kerukunan, yakni kesepahaman terhadap esensi kerukunan secara internal dan eksternal.

Baca Juga: Penembakan Kantor MUI Pusat, Menag: Pelaku Orang yang Salah Belajar Agama!

Yang dimaksud secara internal, kata Ridwan, meyakini secara absolut ajaran agama yang diyakininya dan tidak membuka diri mencari kebenaran yang lain

Sedangkan kerukunan secara eksternal ialah pengakuan, penghargaan, dukungan terhadap keberadaan penganut agama/kepercayaan lain.

Lalu berupaya ikut menikmati suasana kesyahduan ketika orang lain mengamalkan ajaran agamanya atau merayakan hari besar agamanya.

Di samping Ridwan, yang menjadi pemateri atau narasumber penanggapnya adalah Ihsan Ali Fauzi dari Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Paramadina.

Ada pula Aji Sofanudin selaku Kepala Pusat Riset Agama dan Kepercayaan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) Republik Indonesia.

Diskusi bedah buku yang digelar oleh Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama (Kemenag) Pusat tersebut dimoderatori oleh editor bukunya, Muhammad Hafiz.

Penulis : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU