Pilu Angkot Depok yang Makin Uzur dan Belum Ada Terobosan Baru tapi Masih Dibutuhkan Warga
Sosial | 18 Maret 2023, 08:52 WIBDEPOK, KOMPAS.TV – Transportasi umum atau angkutan kota (angkot) di Kota Depok diketahui sudah semakin uzur. Sepanjang 2022, Pemerintah Kota Depok mencabut izin sebanyak 375 izin trayek angkot.
Hal ini karena angkot-angkot tersebut sudah tidak memenuhi syarat perizinan serta memiliki fisik yang tidak layak. Namun, hingga kini belum ada terobosan angkutan publik yang lebih baik.
Merujuk Kompas.id, Jumat (17/3/2023) sore, saat jam pulang kantor di Terminal Depok, banyak penumpang berganti moda, dari kereta rel listrik (KRL) ke angkot.
Sayangnya, banyak angkot dengan kondisi fisik berkarat, usang, dan cat terkelupas. Namun demikian, angkot-angkot tersebut masih aktif mengangkut penumpang.
Sejumlah sopir mengakui, kendaraan yang mereka kemudikan sudah cukup uzur. Namun, mereka sebagai penyewa tidak punya pilihan karena perawatan angkot diatur pemiliknya.
Baca Juga: Kasus Lukas Enembe, KPK Geledah Rumah di Depok, Amankan Bukti Elektronik
“Ini kurang lebih sudah 15 tahun. Sejak saya kemudikan tujuh tahun lalu, kondisinya masih seperti ini. Tapi, sebenarnya ada yang lebih tua (masih beroperasi), bahkan di atas 20 tahun,” kata Somad (59), sopir angkot rute Terminal Depok-Kampung Sawah, dikutip dari Kompas.id.
Angkot di Depok satu-satunya yang murah bagi penumpang
Rismayanti (45), warga Depok Dua, memilih naik angkot ketika pulang kerja setelah turun dari Stasiun Depok Baru.
Lokasi pemberhentian yang terjangkau, hanya beberapa langkah dari pintu keluar stasiun, sangat memudahkan Rismayanti. Dia tidak lagi memikirkan kondisi fisik transportasi tersebut.
“Mau naik apa lagi? Ini saja pilihannya walaupun kondisinya berdempetan, yang penting bisa sampai ke rumah. Kalau naik ojek pasti mahal,” kata Rismayanti.
Baca Juga: Bikin Geram, Sopir Angkot Nyaris Diamuk Warga Usai Copet Penumpangnya!
Selain Rismayanti, ada juga Afrian (31) yang memilih naik angkot untuk menuju rumahnya di Kalimulya karena keterbatasan pilihan.
“Kadang naik ojol (ojek daring), cuma karena di sini enggak bisa pesan, jadi naik angkot saja. Sudah seharusnya ada (transportasi publik) yang lebih baik sehingga penumpang nyaman saat berganti (moda),” ujarnya.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV, Kompas.id