Ahli Hukum Sebut AG Pacar Mario yang Jadi Pelaku Penganiayaan David Bisa Bebas, Ini Syaratnya
Hukum | 3 Maret 2023, 14:58 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Penyidik Polda Metro Jaya telah menaikkan status kekasih Mario Dandy Satriyo berinisial AG, dari sebelumnya saksi menjadi pelaku penganiayaan terhadap Cristalino David Ozora (17).
Dilansir dari Wartakota, perempuan berusia 15 tahun itu dijerat pasal berlapis dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara.
AG dijerat pasal 76c juncto pasal 80 UU Perlindungan Anak dan atau pasal 355 ayat 1 juncto 56 subsider Pasal 354 ayat 1 juncto Pasal 56 lebih subsider Pasal 353 ayat 2 lebih subsider Pasal 351 ayat 2 jo 56 KUHP.
Baca Juga: Polisi: Hukuman Mario Bisa Diperberat karena Pakai Pelat Nomor Palsu untuk Lakukan Kejahatan
Namun demikian, AG karena statusnya masih anak di bawah umur, maka dia mendapat perlakuan berbeda dari pelaku orang dewasa.
Ahli hukum pidana anak dari Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak, Ahmad Sofian, mengatakan meski ancaman hukuman terhadap AG cukup tinggi, namun ia tidak bisa serta merta ditahan.
Sebab, kata dia, ada tiga alasan objektif yang bisa membuat pihak kepolisian menahan pelaku anak yang berkonflik dengan hukum seperti AG.
“Pertama melarikan diri, melakukan tindak pidana lagi, kemudian merusak barang bukti,” kata Sofian di Mapolda Metro Jaya, Kamis (2/3/2023), seperti dikutip dari Wartakota.
Berbeda halnya jika pelakunya adalah orang dewasa, kata dia, jika ancaman hukumannya sampai 5 tahun penjara, bisa langsung ditahan.
Baca Juga: Geng di Ditjen Pajak Punya Pola Sangat Canggih untuk Samarkan Harta Kekayaan, KPK Bakal Bongkar
"Orang dewasa kalau ancaman 5 tahun bisa ditahan. Kalau anak, ini ancamannya 12 tahun, enggak wajib (ditahan),” ujar Sofian.
“Bahkan kesalahan jika penyidik melakukan penahanan jika tidak ada alasan objektif yang terpenuhi pada diri anak.”
Lebih lanjut, Sofian menambahkan, untuk anak yang terancam hukuman pidana kurang dari tujuh tahun wajib menjalani diversi atau restorative justice.
Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.
"Apa itu? Ada pertemuan antara keluarga pelaku anak dengan keluarga korban untuk mencari musyawarah mufakat atau tidak,” ucap Sofian.
Baca Juga: Rafael Beli Rubicon dari Warga Gang Mampang, Ketua RT Ungkap Sosok Pemilik yang Ternyata Hidup Susah
“Jika saling memaafkan, status anak tersebut akan kemudian dialihkan dari sistem peradilan pidana dengan anak dikembalikan ke orang tua atau lembaga sosial.”
Menurut Sofian, dalam kasus yang menjerat AG yang ancaman hukumannya lebih dari tujuh tahun bisa saja dilakukan diversi. Namun demikian, syaratnya harus mendapat persetujuan korban atau keluarganya.
Sementara itu, orang tua korban, Jonathan Latumahina, menegaskan menutup pintu damai terkait kasus penganiayaan yang menimpa David Ozora.
Jonathan menuturkan bahwa keluarga Mario Dandy Satriyo telah datang menemuinya pada Selasa (21/2/2023) malam.
Dalam kesempatan tersebut, kata Jonathan, keluarga pelaku meminta maaf kepadanya karena telah menganiaya David hingga mengalami luka serius.
Baca Juga: Duh, Ada "Geng" Rafael di Ditjen Pajak Kemenkeu yang Lihai Alirkan Dana, KPK Usut Polanya
Terkait permintaan maaf tersebut, Jonathan mengaku telah memaafkannya. Hal tersebut ia lakukan karena meniru sifat anaknya yang pemaaf.
“Keluarga pelaku semalam datang minta maaf, saya maafkan. Saya hanya meniru anak saya yang sangat pemaaf,” kata Jonathan melalui cuitannya di media sosial Twitter yang dikutip Kompas TV pada Rabu (22/3/2023).
“Dan mohon maaf juga, proses hukum sudah bergulir. Kita punya tanggung jawab masing-masing, mohon doanya sampai saat ini David belum siuman.”
Lebih lanjut, Jonathan menegaskan tidak akan menempuh jalan damai terkait kasus penganiayaan yang menimpa anaknya tersebut.
Meski keluarga pelaku telah meminta maaf dan dirinya sudah memaafkan, Jonathan memastikan proses hukum akan terus berlanjut.
Baca Juga: Percakapan WA Terbongkar, Teddy Minahasa Minta Sabu Diganti Tawas, Dody: Enggak Berani Jenderal
Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV