Kisah Teladan Agus Salim dan Hatta, Tokoh Bangsa yang Lekat dengan Kesederhanaan hingga Akhir Hayat
Sosok | 24 Februari 2023, 10:43 WIB"Kami mendapatkan diri dalam suasana gembira, anak-anak yang kami sudah kenal sedang bersenda gurau," kenang Roem. Salim menjalankan prinsip leiden is lijden, memimpin adalah menderita.
Tak jauh beda dengan Agus Salim, Proklamator Mohammda Hatta juga demikian sederhana dan berhati-hati dalam memakai fasilitas negara.
Pada suatu hari, Gemala Rabi'ah Hatta yang sempat bekerja sambilan di Konsulat Jenderal Indonesia di Sydney ketika mendapat beasiswa di Australia berkirim surat kepada ayahnya. Surat itu ternyata menggunakan amplot milik Konsulat dengan cap resmi. Akibatnya, Hatta membalas surat itu dengan nasihat.
"Kalau menulis surat kepada Ayah dan lain-lainnya, janganlah pakai kertas Konsulat Jenderal Indonesia. Surat-surat Gemala kan surat pribadi, bukan surat dinas," kata Hatta.
Dan salah satu kisah yang terkenal adalah saat dia ingin membeli sepatu Bally, merek sepatu bermutu tinggi pada 1950-an. Ia bahkan menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, dikutip dari Harian Kompas, 25 April 2002.
Baca Juga: Kisah Mohammad Hatta Zaman Kolonial, Diasingkan dan Pindah ke "Rumah Setan" tanpa Diganggu
Karena harganya yang mahal, Bung Hatta harus menabung untuk bisa membeli sepatu impiannya itu.
Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau membantu kerabat dan kawan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan.
Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi.
Tak lama setelah wafat, keluarga Bung Hatta menemukan lipatan guntingan iklan lama dalam dompetnya. Iklan itu adalah iklan sepatu merek Bally, yang dulu disimpannya. Kisah mengharukan dan penuh teladan.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV