> >

Ramai Bayi Obesitas Sering Diberi Susu Kental Manis, Dokter Ungkap Dampak & Batas Aman Konsumsi SKM

Kesehatan | 23 Februari 2023, 12:29 WIB
Muhammad Kenzi Alfaro (1) mengalami obesitas dan memiliki bobot tubuh hingga 27 kilogram. (Sumber: KOMPAS.com/JOY ANDRE T)

KOMPAS.TV – Seorang balita laki-laki bernama Muhammad Kenzi Alfaro berusia satu tahun empat bulan dilaporkan memiliki berat badan mencapai 27 kilogram.

Sang ibu, Pitriyah (40), mengungkapkan konsumsi anaknya sejak lahir adalah susu formula dan pada usia satu tahun diberikan susu kental manis.

"(Susu) formula pas dari awal (lahir) karena enggak ASI. Terus, sempat (susu) kental manis pas umur satu tahun. Itu karena enggak mampu beli susu formula," kata sang ibu, warga Jalan Manunggal 5, Desa Pusaka Rakyat, Tarumajaya, Bekasi, Selasa (21/2/2023).

Pitriyah menjelaskan, Kenzi mulanya memiliki bobot empat kilogram. Pada umur enam bulan, ia mengatakan berat badan anaknya berangsur bertambah.

"(Awal lahir) empat kilogram, pas ada perubahan badannya umur enam bulan. (Berat badan) dia bertambah terus, naiknya satu kilogram, secara terus-menerus,” ujarnya.

Saat berkonsultasi ke dokter di puskesma, Pitriyah hanya disarankan untuk memberikan susu dengan takaran yang encer. “Saya ikuti anjurannya, makanya dikurangi. Dia kalau nasi belum bisa makan,” kata sang ibu.

Baca Juga: Alasan Orang Tua Bayi 16 Bulan yang Obesitas di Bekasi Beri Anaknya Susu Kental Manis

Berkaca dari kasus ini, apakah benar konsumsi susu kental manis (SKM) bisa berdampak pada obesitas atau kegemukan?

Melansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan bahwa produk kental manis tidak termasuk sebagai produk susu bernutrisi untuk menambah asupan gizi. Hal ini juga telah diinformasikan ke BPOM selaku pengawas izin edar untuk lebih memperhatikan produk Kental Manis. 

SKM ditegaskan juga tidak diperuntukkan pada balita. Sayangnya, perkembangan di masyarakat dianggap sebagai susu untuk pertumbuhan. Padahal kandungan gulanya lebih tinggi dari pada kandungan proteinnya.

Dampak konsumsi SKM

Juru Bicara Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi juga telah menegaskan bahwa SKM bukan termasuk pengganti ASI.

“Kadar gula yang lebih tinggi akan menyebabkan konsumsi gula berlebih pada anak sehingga berpotensi anak menjadi tidak tercukupi nutrisi dan gizinya. Ini akan berakibat stunting ataupun perkembangan kecerdasan tidak jadi optimal,” kata Nadia saat dihubungi Kompas TV, Kamis (23/2/2023).

Di samping itu, menurut Nadia, SKM bukan penyebab obesitas tetapi kadar gula dan pola makan konsumsi gula yang berlebihan.  

Batas aman konsumsi SKM

Secara terpisah, dokter spesialis anak FX Wikan Indrarto menyampaikan, SKM boleh diberikan kepada bayi sebagai penambah kalori. Namun dengan batas aman konsumsinya sebesar 100 mili liter sehari.

 

“Sebaiknya dikonsumsi anak minimal usia 1 tahun dan diberikan pagi saja, jangan malam agar tidak merusak gigi,” tutur Wikan.

Baca Juga: Orangtua Bayi Obesitas di Bekasi Bingung dengan Kondisi Anaknya

Masih mengutip dari laman Kemenkes, SKM yang beredar di masyarakat selama ini sebenarnya tidak dianjurkan dokonsumsi setiap hari. Pasalnya, produk tersebut lebih banyak mengandung gula dan lemak daripada protein.

Selama ini, persepsi masyarakat mengenai susu kental manis adalah baik untuk dikonsumsi setiap hari, bahkan banyak dari masyarakat yang memberikannya kepada balita.

Susu kental manis tidak untuk memenuhi nutrisi. Kebutuhan balita harus memperhatikan kecukupan gizi, sementara pada susu kental manis itu terlalu banyak mengandung gula yang melebihi kebutuhan balita.

Tak hanya balita, orang dewasa juga tidak boleh mengonsumsi makanan/minuman yang terlalu banyak kandungan gulanya.

Masyarakat khususnya orang tua pun diimbau agar memahami bahwa susu kental manis bukanlah susu yang harus dikonsumsi setiap hari. Sementara yang dibutuhkan oleh anak adalah susu yang mengandung banyak protein.

Baca Juga: Tips Kurangi Asupan Garam Agar Tak Berakibat Obesitas dan Stroke

 

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU