Gerindra Ungkap Cak Imin Sekarang Kandidat Terkuat Cawapres Prabowo, Tinggal Nunggu Waktu Deklarasi
Rumah pemilu | 8 Februari 2023, 11:31 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Anggota Dewan Pembina Gerindra, Andre Rosiade menyebut, Ketum PKB Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin disebutnya kini menjadi kandidat terkuat cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Meskipun jadi terkuat, kata dia, Gerindra masih menggodok soal tersebut dan menyebut, bisa jadi ada perubahan.
Sebab kata dia, politik itu ibarat bola yang bundar. Segala kemungkian, termasuk koalisi-koalisi bisa jadi bubar atau tambah kuat jelang Pilpres 2024.
"Koalisi terus berjalan, termasuk komunikasi dengan parpol lain seperti Nasdem. Tidak ada yang mungkin dalam politik. Bola itu bundar. Sama kayak dengan politik. Yang sudah deklarasi saja bisa bubar," kata Andre, Rabu (8/2/2023) di Sapa Indonesia Pagi Kompas TV.
Baca Juga: Sambil Tertawa, Ketua DPP Nasdem Sebut Koalisi Perubahan Sudah Nikah Siri, Perekatnya Anies Baswedan
Lantas, soal capres dan cawapres di Pilpres 2024 mendatang, kata Andre, tak lama lagi bakal diungkapkan ke publik.
"Pertama, dalam piagam perjanjian PKB-Geridnda sudah dibunyikan, keputusan capres dan cawaprs diputuskan Prabowo dan Gus Muhaimin,"ujarnya.
"Lalu, beberapa kali lalu Sekjen Gerindra (Ahmad Muzani) menyebut, kandidat potensial adalah Gus Muhaimin. Tapi sekarang sedang terus diskusi matangkan siapa nanti diumumkan," ucapnya.
Baca Juga: PKB akan Gelar Pertemuan dengan Golkar, Cak Imin: Ajak Gabung ke Koalisi dengan Gerindra
"Kedua, saya ingin sampaikan, pada 30 Oktober 2022 lalu, ada PKB road to election di Senayan, di situ Prabow hadir dan di depan ribuan kader PKB bertanya 'siapa saya' lantas dijawab oleh ribuan kader 'Presiden','Presiden PKB', begitu," ujarnya.
Meski begitu, ia mengingtkan pesan Prabowo menuju Pipres 2024, agar parpol-parpol agar terus menjaga persatuan.
"Ini pesan Prabowo, kita boleh beda pilihan. Kita boleh beda partai, persatuan bagsa in iharus kita jaga. Jangan sampai pilihan berbeda, apalagi partai beda, keluarga besar Indonesi pecah. Apalagi terjadi polarisasi," ujarnya.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV