Tangisan Putri Candrawathi Dipertanyakan Kesungguhannya, Ini Kata Pakar Mikro Ekspresi
Hukum | 12 Januari 2023, 11:46 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pakar gestur dan mikro ekspresi Monica Kumalasari menilai tangisan Putri Candrawathi patut dipertanyakan kesungguhannya.
Sebab orang yang menahan rasa sedihnya biasanya akan mengubah gesturnya dengan melihat ke atas, tetapi Putri Candrawathi justru membungkuk dan memberi keterangan dengan suara terbata-bata.
Pernyataan itu disampaikan Monica Kumalasari berdasarkan sidang pemeriksaan Putri Candrawathi sebagai terdakwa di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
“Itu (membungkuk dan terbata-bata) juga bisa merupakan satu proses re-engineering (rekayasa ulang) yang diengineeringi untuk menghasilkan emosi rasa kesedihan tadi,” kata Monica Kumalasari dalam dialog Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Kamis (12/1/2023).
“Jadi ini kembali lagi, karena selalu berulang dan terutama ketika dia memori episodik mengenai pelecehan itu dengan emosi yang sama, maka di situ menjadi dipertanyakan. Apakah emosinya ini genuine ataukah memang dikondisikan seperti itu.”
Baca Juga: Pakar Mikroekspresi: Putri Candrawathi Pakai Tangisan untuk Bangun Empati dan Selamatkan Hidupnya
Sebab menurut Monica, jika memang benar Putri Candrawathi mengalami pemerkosaan oleh Yosua seharusnya bisa menyampaikan memori episodik secara detail.
“Cerita mengenai pelecehan seksual ini yang paling dominan, sehingga emosi yang terlihat pada saat yang disebut dengan pelecehan seksual kalau jenis-jenis dari memori itu disebut dengan memori episodik,” ujarnya Monica.
“Kalau cerita tersebut jujur, maka beliau bisa menyampaikan memori episodiknya ini secara detail ya, namun yang terjadi adalah justru pada saat episodik yang harusnya diceritakan secara detail, tidak keluar ya, hanya kemudian ada jeda dan kemudian tangisan.”
Apalagi, Putri Candrawathi dalam pengakuannya sebagai korban kekerasan seksual Yosua sudah memaafkan dengan permintaan untuk resign.
Artinya, kata Monica, ketika seseorang sudah memaafkan maka kemudian akan ada jarak antara menceritakan sesuatu dengan emosinya.
Baca Juga: Pakar Psikologi soal Putri Candrawathi Ngaku Diperkosa: Dahsyat, Hitungan Menit Minta Bertemu Pelaku
“Jadi seperti seseorang menceritakan kembali atau melihat film ya dan berulang-ulang maka emosinya sudah tidak intens lagi,” kata Monica.
“Dalam satu penyidikan selalu bertanya sudah berapa kali anda menceritakan cerita ini, karena emosi yang real adalah di awal-awal pada saat setelah kejadian kalau sudah direpetisi maka emosi intensitasnya akan berkurang, tapi yang terjadi pada Ibu Putri tidak seperti itu.”
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV