Cegah Klaim Antar Nakes, Menkes Terbitkan SE tentang Kompetensi Dokter dan Dokter Gigi Spesialis
Kesehatan | 9 Januari 2023, 08:45 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menerbitkan Surat Edaran terkait pelayanan kesehatan bagi dokter spesialis/dokter gigi spesialis dan dokter subspesialis/dokter gigi subspesialis yang bertugas di rumah sakit, melalui shared competency.
Kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran Nomor HK.02.01/MENKES/5/2023. Budi Gunadi mengatakan, keputusan ini merupakan respons cepat dari pemerintah untuk mengatasi persoalan klaim pelayanan antar tenaga kesehatan, sebagai akibat dari adanya kesamaan kompetensi Nakes dalam satu rumah sakit.
"Pada suatu pelayanan medis tertentu misalnya, ternyata dalam praktiknya dapat dilakukan oleh dokter spesialis/dokter gigi spesialis dan dokter subspesialis/dokter gigi subspesialis dari bidang spesialisasi atau subspesialisasi yang berbeda," kata Budi dikutip dari laman resmi Kemenkes, Minggu (8/1/2023).
"Tak jarang, sering terjadi desakan yang berdampak pada pelayanan kesehatan kepada para pasien," ujar Budi.
Ia berharap, setelah penataan ini rumah sakit dapat berfokus dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan layanan spesialistik dan subspesialistik. Termasuk dalam penggunaan sarana, prasarana, dan alat kesehatan.
Baca Juga: Status PPKM Dicabut, Menkes Imbau Penggunaan Masker di Ruang Tertutup dan Keramaian
“Untuk menjawab adanya kompetensi yang sama atau bersinggungan antara dokter spesialis/dokter gigi spesialis dan dokter subspesialis/dokter gigi subspesialis, diperlukan penataan penerapan shared competency agar pelayanan kesehatan kepada pasien menjadi berkualitas," tutur Budi.
"dan tidak ada saling klaim pelayanan oleh dokter spesialis/dokter gigi spesialis dan dokter subspesialis/dokter gigi subspesialis,” lanjutnya.
Budi pun meminta kepada Kepala/Direktur/Direktur Utama Rumah Sakit di seluruh Indonesia yang akan menerapkan shared competency, untuk dapat mengutamakan aspek kesehatan dan keselamatan pasien.
Khususnya terhadap pelayanan kesehatan yang menjadi prioritas program transformasi layanan rujukan.
“Kepala/Direktur/Direktur Utama rumah sakit wajib menerapkan manajemen pelayanan yang berorientasi pada keselamatan pasien dengan pendekatan multidisiplin dan tepat guna," ujar mantan Dirut Bank Mandiri itu.
Baca Juga: Ganja untuk Keperluan & Urgensi Medis? Menkes Budi Gunadi Sadikin: Boleh, Asal Tidak Dikonsumsi
"Mulai dari berbagai prosedur diagnostik, tindakan medis sampai dengan terapi pengobatan terhadap pasien,” ujarnya.
Dalam SE disebutkan, penerapan shared competency hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis/dokter gigi spesialis, dokter subspesialis/dokter gigi subspesialis; dan/atau dokter spesialis/dokter gigi spesialis dengan kewenangan tambahan dan kualifikasi tertentu.
Kemudian, setiap tenaga kesehatan harus memiliki standar kompetensi yang telah disahkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan atau buku putih (white paper) masing-masing bidang spesialis atau subspesialis.
Selain itu, tenaga kesehatan juga wajib memiliki clinical appointment berdasarkan rekomendasi komite medik dari Kepala/Direktur/Direktur Utama rumah sakit tempatnya bertugas.
“Rekomendasi komite medik diberikan berdasarkan sertifikat kompetensi atau sertifikat kompetensi tambahan atau dokumen lain yang membuktikan kompetensi yang dimiliki tenaga medis,” sebut Budi.
Baca Juga: Tunjangan Kinerja Tak Dibayar Selama 12 Bulan, Nakes Gelar Demo di Rumah Gubernur Maluku Utara!
Di samping memperhatikan aspek kualitas tenaga kesehatan, sisi lain yang juga diperhatikan pemerintah adalah aspek monitoring dan evaluasi penerapan shared competency yang dilakukan secara berkala.
Agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif, berkualitas dan terstandar untuk menjamin mutu dan keselamatan pasien.
Pada tahap ini, Kementerian Kesehatan pun terlibat secara langsung memberikan pembinaan dan pengawasan atas penerapan shared competency di rumah sakit, termasuk dalam penggunaan sarana, prasarana, dan alat kesehatan.
Lebih lanjut Menkes menjelaskan, hasil monitoring dan evaluasi dari penerapan shared competency tersebut, kemudian disampaikan kepada kepada Menkes melalui Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
Baca Juga: Thailand Wajibkan Pelaku Perjalanan Internasional Divaksin Lengkap Usai China Buka Perbatasan
“Nantinya, hasil laporan tersebut digunakan sebagai bahan untuk melakukan penilaian dalam proses akreditasi dan/atau re akreditasi rumah sakit,” ucapnya.
Di akhir SE, Menkes juga meminta kepada Kepala/Direktur/Direktur Utama Rumah Sakit di seluruh Indonesia agar aturan tersebut dapat digunakan sebagaimana mestinya.
“Surat Edaran ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi rumah sakit dalam penerapan shared competency untuk meningkatkan akses dan menjaga mutu pelayanan kesehatan,” tuturnya.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber :