Kisah Hidup Ibu Eny sebelum Sakit Jiwa: Jual Perabotan Rumah Mewah untuk Bertahan Hidup
Peristiwa | 7 Januari 2023, 12:40 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Sebelum mengalami depresi berat, Ibu Eny pemilik rumah mewah yang mengalami gangguan jiwa usai ditinggal suamianya, disebut masih bisa berinteraksi seperti biasa.
Eny diketahui pernah menggunakan surat untuk meminta bantuan finansial.
Tetangga Eny dan putranya Tiko, Fadly (45 tahun), menceritakan Tiko pernah mengirimkan surat berisi permintaan bantuan dan saat itu juga mereka mulai menjual barang perabotan di rumah mewah itu.
Fadly menjelaskan, Eny hanya meminta bantuan kepada tetangga tertentu yang dianggap dekat dengan keluarganya.
Salah satunya adalah orangtua Fadly yang dulu menjadi bagian dari pengurus lingkungan.
“Jadi gini, Tiko bawa surat dari ibunya. Nulis noted. ‘Assalamualaikum Ibu haji. Ini saya butuh beras. Saya mau jual pot,’. Terus ya sudah dibantu,” ujar Fadly dikutip dari Kompas.com, Jumat (6/1/2023).
“Jadi Tiko bawa pot ke rumah, bawa gorden di rumah dijual. Barang-barang dari rumahnya. Saat itu mungkin Tiko masih SMP,” sambung dia.
Baca Juga: Penghuni Rumah Mewah Terbengkalai di Cakung Butuh Bantuan Kejiwaan, Psikolog: Saya Rasa Syok Sekali
Barang-barang lainnya yang turut dijual mencakup segala bentuk perabot dan mebel di setiap sudut rumah, serta peralatan dapur.
Ibu Eny dan Tiko tertutup
Terpisah, Lurah Jatinegara Slamet Sihabudin menjelaskan, Eny mulai mengalami kesulitan ekonomi usai berpisah dengan suaminya pada 2010.
“Jadi gini, kalau menurut Tiko sendiri, bapaknya itu pulang kampung ke Jawa Timur. Semenjak bapaknya pergi itu, sekitar 2010, sudah lost contact,” ujar Slamet di Kompleks PLN di Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Kamis (5/1) dikutip dari Kompas.com.
Menurut Slamet, Tiko juga tidak banyak mengenal saudara atau kerabat dari sang Ayah. Sejak saat itu, Eny mulai didera masalah ekonomi dan tertutup kepada tetangga sekitar. Bersamaan dengan itu, Tiko juga tak melanjutkan sekolah atas permintaan Eny.
Selang beberapa waktu, Eny menyetop hal tersebut dan mulai menutup diri dari bantuan yang diberikan warga setempat saat diduga mulai depresi.
“Masih menganggap punya tabungan. Jadi bantuan-bantuan yang dari tetangga itu seolah enggak perlu,” jelas Slamet.
Bahkan, Slamet dan Ketua RT 06/RW 02 Kelurahan Jatinegara, Noves Haristedja, sempat ditolak ketika ingin melakukan pendataan agar Eny dan Tiko mendapat bantuan.
"Bilang enggak perlu bantuan dan tamu. Maksud saya mau pendataan karena di sini perlu bantuan. Saya mau lihat identitas. Ini tahun 2020," kata Slamet.
Baca Juga: Sulitnya Evakuasi Penghuni Rumah Mewah Terbengkalai di Cakung, Pintu Dikunci dan Diganjal Besi
Bahkan, bantuan dalam bentuk pembersihan rumah pun ditolak oleh Eny. Demikian pula sebelum Eny dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Duren Sawit, kondisi rumah mereka tampak tak terurus dan terbengkalai.
"Walau mau bantu untuk bersihin rumah enggak dibolehin. Itu masalahnya. Tiko mau bersihin harus izin, tapi tetap enggak dibolehin," kata Slamet.
Namun atas nama empati warga tetap menyalurkan bantuan melalui anaknya, Tiko.
Slamet mengungkapkan, Eny hanya bersedia menerima sesuatu selama diberikan oleh Tiko. Oleh karena itu, bantuan pun disalurkan melalui Tiko.
Ada beragam upaya dalam membantu Eny dan Tiko, salah satunya mengaktifkan kembali KTP Eny.
"Karena KTP di KK belum elektronik, makanya dari Pak RT (katanya) identitas harus dihidupkan. Tiko sudah KTP elektronik. Pas (KTP) sudah hidup, bantuan masuk," kata Slamet.
Upaya lain yang telah dilakukan adalah mempekerjakan Tiko sebagai petugas keamanan kompleks pada 2015. Selanjutnya, Tiko juga mengambil paket C dan dikursuskan agar bisa mengendarai mobil.
"Pak RT bilang, bagaimana kewajiban kita. Makanya dipekerjakan sebagai keamanan, dan dikursuskan bawa mobil. Tetangga kadang pakai tenaga dia. Sekarang lagi paket C, itu lingkungan yang bantu," terang Slamet.
Adapun beragam upaya tersebut dilakukan agar Tiko memiliki penghasilan untuk membiayai Eny.
Sebelumnya diberitakan KOMPAS.TV, Tiko seorang diri merawat sang ibu yang diduga mengalami depresi selama 12 tahun di rumah mewah tersebut.
Kehidupan Ibu Eny dan Tiko yang tinggal di rumah mewah tanpa listrik dan air selama puluhan tahun kini menjadi sorotan sejumlah pihak.
Pemerintah daerah akhirnya turun tangan membantu dua penghuni rumah terbengkalai itu. Ibu Eny yang diduga depresi kini mendapatkan penanganan medis.
Sementara rumah mewah yang terbengkalai dibersihkan oleh petugas gabungan dari Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur dibantu warga sekitar dan sejumlah relawan.
Baca Juga: Ternyata Rumah Mewah Ibu Eny Pernah Didatangi Orang dari Jatim, Sempat Titipkan Amplop Uang ke Tiko
Penulis : Kiki Luqman Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV