3 Tukang Ojek di Papua Korban Pembunuhan Kelompok Separatis Bukan Intel, Danrem: Mereka Sipil
Peristiwa | 14 Desember 2022, 10:56 WIBPAPUA, KOMPAS.TV - Komandan Korem (Danrem) 172/PWY Brigjen TNI J.O. Sembiring memastikan, tiga tukang ojek yang jadi korban pembunuhan Kelompok Separatis Teroris (KST) yang sebelumnya dikenal dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah warga sipil.
"Mereka adalah warga sipil yang berprofesi sebagai tukang ojek," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (13/12/2022).
“Jadi tidak benar kalau mereka (KST) menyebut para korban adalah aparat Intelijen," sambungnya.
Baca Juga: Karyawan Bank Papua Meninggal dengan Luka Tembak di Belakang Kepala
Sembiring juga menyebut, tiga tukang ojek itu hanya bekerja, lantas jadi korban kekejian separatis.
“Mereka benar-benar masyarakat sipil yang sehari-harinya mencari sesuap nasi demi memenuhi kebutuhan keluarganya dengan berprofesi sebagai tukang ojek,” imbuh jenderal TNI bintang satu seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Sebagai informasi, KST Pimpinan Nason Mimin dilaporkan membunuh tukang ojek dengan dalih sebagai intel Pemerintah Indonesia, Senin (5/12) pekan lalu. Video itu lantas disebar ke publik.
Sembiring mengkonfirmasi jumlah korban tewas ada 3 orang. Ketiganya terbunuh oleh KST di Kampung Mangabib, Distrik Oksebang, Kab. Pegunungan Bintang, Papua.
Ketiga korban masing-masing La Usu (23), La Ati (40) dan La Aman (39).
"Saya juga beragama Kristen, dalam ajaran agama apapun tidak ada yang mengajarkan melakukan pembantaian keji yang kemudian direkam dan disebarkan untuk menebar ketakutan di masyarakat. Ini merupakan pekerjaan teroris yang dirinya sedang dirasuki oleh setan,” katanya.
Baca Juga: Kronologi Karyawan Bank Papua Tewas Ditembak OTK
Difitnah Sebagai Intel
Sembiring juga menyangkan korban difitnah sebagai intel.
Faktanya, kata dia, mereka dengan sengaja menyelipkan senjata jenis pistol kepada korban.
"KST telah menuduh korban sebagai aparat intelijen dengan meletakkan senjatanya jenis pistol seolah-olah adalah barang yang dibawa oleh korban," katanya.
“Hal ini merupakan cara licik yang dilakukan oleh KST untuk menutupi kebiadaban dan membenarkan apa yang mereka lakukan,” lanjutnya.
"Saya mewakili seluruh prajurit Korem 172/PWY menyampaikan duka cita yang mendalam bagi keluarga korban kekejian dan kebiadaban KST ini,” ucapnya.
Baca Juga: Ditambah Papua Barat Daya, Ini Daftar 38 Ibu Kota Provinsi di Indonesia
Terkait dengan pistol yang digunakan oleh KST, Bang Jo mengindikasikan senjata pistol tersebut merupakan salah satu senjata organik milik TNI AD yang hilang ketika Heli MI 17 milik Penerbad jatuh pada tahun 2019 silam di Kab. Pegunungan Bintang.
“Pada kejadian jatuhnya Heli MI-17 pada tahun 2019 lalu, sebanyak 11 senjata organik milik kru dan penumpang hilang dan diambil oleh pihak KST," katanya.
"Senjata yang hilang di antaranya tujuh senapan serbu SS-1, tiga pistol dan satu GLM
“Kami mengindikasikan pistol yang digunakan oleh KST tersebut merupakan salah satu senjata yang hilang,” tandasnya.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV/Tribunnews