AKP Rifaizal Ungkap 4 Kejanggalan Tewasnya Brigadir J, HP dan Dompet Tidak Ada hingga Posisi Senjata
Hukum | 29 November 2022, 15:18 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Mantan Kasubnit 1 Reskrimum Polres Metro Jakarta Selatan AKP Rifaizal Samual mengatakan, ada empat kejanggalan saat melakukan olah tempat kejadian peristiwa (TKP) tewasnya Brigadir Pol Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Namun, kejanggalan-kejanggalan itu tidak dapat diungkap karena ada tekanan dari Ferdy Sambo yang ketika itu menjabat sebagai Kadiv Propam Polri.
Hal itu diungkap Rifaizal Samual saat menjadi saksi untuk terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (29/11/2022).
“Yang pertama, kami tidak menemukan handphone almarhum,” ucap Rifaizal Samual.
Selain tidak menemukan handphone Brigadir J, Rifaizal Samual menuturkan timnya juga tidak menemukan dompet Brigadir J.
“Coba cek ada dompetnya nggak, terkait masalah identitas, tidak ada juga yang mulia,” kata Rifaizal Samual.
Baca Juga: Pengacara Sebut Sambo dan Hendra Kurniawan Satu Barisan dalam Kasus Tambang Ilegal dan Brigadir J
Lalu, Rifaizal Samual juga merasa janggal saat melihat senjata api milik Brigadir J yang ada di dekat tangan sebelah kiri.
Sementara posisi kepala Brigadir J saat tewas tertelungkup menghadap ke arah kanan.
“Berada di posisi sebelah kiri dengan posisi almarhum menghadap ke sebelah kanan. Akan tetapi saya tanyakan kepada rekan-rekan ajudan, ternyata yang bersangkutan tidak kidal,” ujar Rifaizal Samual.
Hakim Wahyu Iman Santoso pun bertanya kepada Rifaizal Samual, dengan siapa dirinya bertanya soal Brigadir J kidal atau tidak.
“Kepada Richard yang mulia. Jadi memang saya tanyakan kepada Richard, saya arahkan Richard untuk memperagakan, kamu lihat posisi Yosua, coba kamu peragakan seperti apa yang Yosua lakukan, gerakannya seperti apa,” cerita Rifaizal Samual.
Baca Juga: Lawan Perintah Ferdy Sambo, Arif dan Baiquni Ternyata Simpan Copy Rekaman DVR CCTV: Buat Jaga-jaga
“Jadi saat itu memang Richard memperagakan apa yang almarhum lakukan pada saat itu sampai pada posisi almarhum tertelungkup yang mulia.”
Tidak hanya kejanggalan itu, Rifaizal Samual juga mengungkap soal keanehan tidak adanya tetesan darah.
Pasalnya, Richard Eliezer, menggambarkan Brigadir J terkena tembakan pertama kali di bagian dada pada saat di depan pintu kamar Putri Candrawathi yang jaraknya sekitar 3-4meter dari tempat tewasnya.
“Pemahaman kami ketika proses berjalan tersebut, ketika dia sudah mengenai, ketika (Brigadir J) sudah tertembak, seharusnya ada tetesan darah,” kata Rifaizal Samual.
Selanjutnya, Rifaizal Samual merasa kejanggalannya semakin menguat saat mengetahui Richard Eliezer tidak punya luka sama sekali dalam peristiwa yang disebut sebagai tembak menembak.
“Pada saat itu Richard tidak ada luka sama sekali,” ungkap Rifaizal Samual.
Baca Juga: Pakar Sebut Kapolri Harus Ungkap Rekening Ferdy Sambo, Gaji Rp34 Juta Dana Taktis Rp600 Juta
Hakim Wahyu Iman Santoso pun mengonfirmasi kepada Rifaizal Samual, bahwa empat kejanggalan ini tidak bisa dikuak karena saksi di bawah tekanan Ferdy Sambo.
“Dan saudara tidak berani menanyakan lebih lanjut karena sudah ditekan dengan saudara Ferdy Sambo?” tanya Hakim.
“Pada saat itu memang pemikiran kami yang mulia, pemikiran liar kami penyidik, atau bisa dibilang insting kami penyidik,” jawab AKP Rifaizal Samual.
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV