Cerita Pilu Enjot 11 Anggota Keluarga Meninggal karena Gempa Cianjur: Hidup Saya Tiba-tiba Berubah
Peristiwa | 23 November 2022, 08:12 WIBCIANJUR, KOMPAS.TV — Enjot sedang menggembalakan sapinya di perbukitan dekat rumahnya saat gempa bumi mengguncang Cianjur, Senin (21/11/2022). Gempa bermagnitudo 5,6 itu menewaskan lebih dari 265 orang, termasuk 11 anggota keluarga Enjot.
Kakak iparnya dan dua anaknya terluka dan harus mendapat perawatan di rumah sakit. Kini Enjot mengunjungi orang-orang terkasihnya yang dirawat di rumah sakit dan mencoba membangun kembali hidupnya yang hancur.
“Hidup saya tiba-tiba berubah,” kata Enjot yang berusia 45 tahun. "Saya harus hidup (dengan cara ini) mulai sekarang," ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Pusat gempa berada tepat di sebelah selatan kampung halaman Enjot. Setelah mendapat telepon dari putrinya, Enjot langsung melompat ke atas sepeda motornya dan berlari pulang. Dia tiba di rumahnya dalam beberapa menit dan melihat lingkungan sekitar rumahnya sudah rata dengan tanah.
”Pria, wanita, dan anak-anak menangis sementara orang-orang yang terjebak di dalam rumah yang roboh berteriak minta tolong,” kenangnya. "Saya melihat kehancuran yang mengerikan dan pemandangan yang menyayat hati," ujarnya.
Baca Juga: Tiba di Lokasi Gempa Cianjur, Risma Bagikan Logistik dan Siapkan Tenda bagi Korban
Kakak iparnya dan anak-anaknya, sedang berkunjung dari desa terdekat. Mereka sembat terjebak di puing bangunan dan berteriak untuk meminta pertolongan. Warga yang lain mendengar teriakan mereka dari puing-puing dan menarik mereka keluar.
Wanita dan anak-anak itu menderita luka parah di kepala dan patah tulang serta dirawat di rumah sakit. Rumah sakit pun kini kewalahan karena banyaknya korban yang harus mereka rawat.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, hingga Selasa malam lebih dari 265 orang tewas, ratusan hilang dan luka-luka, hampir semuanya berada di Cianjur dan sekitarnya. Jumlah korban diperkirakan masih akan meningkat.
Seperti banyak penduduk desa lainnya, Enjot mati-matian menggali puing-puing untuk mencari yang selamat, dan dia berhasil menyelamatkan beberapa orang. Tetapi jalan yang tertutup dan jembatan yang rusak membuat pihak berwenang tidak dapat membawa alat berat yang diperlukan untuk memindahkan lempengan beton yang besar dan puing-puing lainnya.
Sepanjang hari, warga meratap saat mereka menyaksikan tim penyelamat menarik tubuh berlumuran lumpur dari bangunan yang hancur, termasuk salah satu keponakan Enjot.
Tak jauh dari rumah Enjot, gempa susulan memicu tanah longsor yang menimpa rumah salah seorang kerabatnya dan menimbun tujuh orang di dalamnya. Empat berhasil diselamatkan, tetapi dua keponakan dan seorang sepupunya tewas.
“Di desa tetangga, saudara perempuan saya, seorang sepupu dan enam kerabat lainnya tewas ketika rumah mereka runtuh,” kata Enjot.
Baca Juga: Jokowi Ditelepon Presiden Uni Emirat Arab MBZ, Siap Bantu Penanganan Gempa Cianjur
Menghadapi kematian anggota yang tiba-tiba dan kehilangan tempat tinggal, Enjot bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dia bersama ribuan orang lainnya kini harus tinggal di tenda atau tempat penampungan sementara lainnya yang didirikan oleh para sukarelawan. Tenda ini hampir tidak cukup untuk melindungi mereka dari hujan lebat.
“Situasinya lebih buruk daripada yang terlihat di televisi,” kata Enjot. “Kami kelaparan, kehausan, dan kedinginan tanpa tenda dan tidak punya pakaian yang memadai, tidak ada air bersih,” katanya.
"Yang tersisa adalah pakaian yang saya kenakan sejak kemarin," ujarnya pilu.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Desy-Afrianti
Sumber : The Associated Press