Selain Batik, Busana Nusantara Kaya Makna, Simbol Persatuan Hingga Kekuatan
Budaya | 16 November 2022, 10:56 WIBSOLO, KOMPAS.TV – Sejumlah pemimpin dunia menggunakan busana khas nusantara saat menghadiri welcoming dinner KTT G20 di Bali, Selasa (15/11/2022) malam.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama ibu Iriana pun menyambut para tamunya dengan menggunakan pakaian adat Bali. Hal ini semakin membuat acara yang digelar di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) kental dengan unsur kebudayaan.
Wastra adalah kain khas tradisional Indonesia yang memiliki makna dan simbol tersendiri dengan matra tradisional setempat yang mengacu kepada dimensi seperti warna, ukuran panjang atau lebar.
Menyadur dari laman kemdikbud.go.id, wastra pada hakikatnya tidak hanya sekedar kain untuk tata busana dan style daerah saja, tetapi juga merupakan loso s dan dimensi budaya Indonesia.
Mengutip dari Kompas.com, wastra nusantara yang dipilih para pemimpin dunia ini agaknya merupakan batik endek, tenun tradisional Bali. Kekayaan budaya lokal ini memang dikenal dengan warna yang cerah dengan motifnya yang khas.
Selain Bali, ragam kain wastra nusantara sangat beragam seperti songket, ulos, sasirangan, dan lain sebagainya. Lebih lanjut, berikut makna dari lima ragam Wastra Nusantara yang dirangkum dari laman Indonesia Travel.
1. Ulos
Ulos secara harfiah memiliki arti selimut yang menghangatkan badan. Cara pembuatan kain ulos ini hampir mirip dengan kain songket khas Palembang, yakni menggunakan alat tenun bukan mesin.
Warna yang menjadi khas dari ulos ini didominasi merah, hitam, dan putih dengan anyaman benang berwarna emas dan perak.
Baca Juga: Ketika Para Pemimpin Dunia Kenakan Busana Wastra Nusantara di Welcoming Dinner KTT G20
Kain ulos memiliki beragam jenis yaitu ragi hidup, ragih hotang, dan sibolang yang biasa digunakan sebagai selendang.
Jenis ulos lainnya adalah ulos sadum angkola atau ulos godang yang biasanya diberikan pada anak dengan harapan dapat mendatangkan kebahagiaan dan berkat bagi keluarga.
2. Tenun Ikat Flores
Kain tenun satu ini disebut sebagai salah satu wastra Indonesia bernilai seni tinggi lantaran proses pembuatannya yang rumit untuk satu lembar kainnya. Dalam pembuatan kain tenun ikat Flores ini, setidaknya harus melewati 20 tahapan dan waktu yang panjang.
Kain tenun ikat ini diproduksi di sejumlah wilayah Flores yakni Maumere, Sikka, Ende, Ngada, Nagekeo, Manggarai, Lio, dan Lembata.
Masing-masing daerah mempunyai motif, corak, dan warna yang berbeda. Motif tersebut sangat merepresentasikan betapa beragamnya suku, adat, agama, dan kehidupan masyarakat Flores.
Terlebih, ragam motif yang dimiliki kain tentun ini juga sarat akan makna. Misalnya pola belah ketupat yang memiliki arti persatuan antara pemerintah dan masyarakat.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV