Maarif Institute Gelar Muktamar, Rawat Nilai Kemanusiaan dan Toleransi Buya Syafii Bagi Indonesia
Peristiwa | 13 November 2022, 08:50 WIBRomo Greg, menyebut Buya Syafii memaknai Islam sebagai ajaran yang membumi dan memberikan efek sosial yang nyata.
"Oleh karena itu, isu-isu dan permasalahan seperti ketidakadilan menjadi keprihatinan Islam dan seorang muslim untuk mengubahnya. Adil dan tidak adil adalah nilai inti dari mana nilai-nilai kebaikan lain lahir dan tumbuh”, kata Koordinator Dialog dengan Muslim di Jesuit Conference of Asia Pacific, Manila, Filipina itu.
Di sisi lain, peneliti di bidang ilmu sosial, budaya dan kajian agama di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Profesor Ahmad Najib Burhani, menggambarkan Buya Syafii sebagai sosok yang humanis dan bermoral.
Prof Najib menyebut Buya Syafii mengartikan humanisme agak berbeda dengan tokoh lain. Secara prinsipil, kata dia, memang sama, karena Buya juga selalu mengutip Al-Maun.
"Tetapi secara implementasi berbeda, misalnya Buya mengartikan humanisme dengan perlawanan terhadap ketidakadilan dan ketimpangan. Buya sering mengatakan bahwa sila kelima belum diimplementasikan di Indonesia," ujarnya.
Baca Juga: 3 Buku Baru Buya Syafii Maarif, Kebangsaan dan Keumatan hingga Usulan Dijadikan Pahlawan Nasional
Kemudian, pembicara lain yang juga peneliti senior BRIN, Thung Ju Lan, menyatakan Buya Syafii menilai bangsa Indonesia kurang serius dalam menata nilai Indonesia, terutama di dalam ruang identitas agama dan etnis.
Menurut Ju Lan, Buya kerap menyinggung tentang politik identitas yang mestinya lebih menitikberatkan nilai kemanusiaan, bukan kepentingan lain.
“Saya melihat bahwa politik identitas justru lebih erat pada kepentingan-kepentingan politik dan menggerakkan masa, sedangkan dalam sudut pandang kewarganegaraan, kita adalah sama sebagai manusia," ujarnya.
Baca Juga: Tak Ingin Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Buya Syafii Sudah Pesan Makamnya Sendiri
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV