> >

Dokter Forensik Pertanyakan Kondisi Sekeluarga Diduga Tewas Kelaparan, Sarankan Pemeriksaan Ini

Peristiwa | 12 November 2022, 21:25 WIB
Ketua Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) Ade Firmansyah  (Sumber: Tangkapan layar tayangan Breaking News KOMPAS TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Umum Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) Ade Firmansyah ikut merespons kasus tewasnya satu keluarga di Kalideres Jakarta Barat dalam kondisi mengering diduga karena tidak makan dan minum. Menurut Ade, kondisi sekeluarga yang tewas bersamaan karena kelaparan atau tidak makan, patut dipertanyakan.

“Kalau satu yang meninggal karena tidak makan, bisa saja. Tetapi kalau sampai satu keluarga, perlu pemeriksaan lebih lanjut,” ujarnya, Sabtu (12/11/2022).

Ia memaparkan, kemampuan manusia untuk bertahan dalam kelaparan, bergantung pada kondisi dan kerentanan masing-masing orang.

Adapun kematian akibat kelaparan bisa dilihat dari penurunan massa tubuh sampai 18 persen, dan biasanya dimulai dengan gejala kelelahan, sering pingsan tanpa sebab, dan kewaspadaan mental menurun.

Baca Juga: Satu Keluarga di Kalideres Diduga Tewas Kelaparan, Berapa Lama Manusia Bisa Hidup Tanpa Makan?

Kondisi sekeluarga yang ditemukan tewas di Kalideres memang menunjukkan indikasi tersebut. Namun, Ade tidak ingin terburu-buru menyimpulkan.

“Otot yang mengecil merupakan kehilangan massa otot atau bagaimana (sebab lain),” ucapnya.

Kondisi jasad sekeluarga di Kalideres itu disebutnya dengan istilah mumifikasi, yakni tubuh mengering dan kulit kecoklatan yang biasanya terjadi setelah dua sampai tiga bulan di tempat kejadian perkara (TKP)  yang memiliki suhu tinggi dan kelembapan rendah.

Menurut Ade, kelaparan sebagai penyebab kematian juga bisa dilihat dari kondisi organ-organ tubuh lainnya, seperti jantung, ginjal, hati mengecil, serta ada pendarahan di lambung dan usus halus.

“Kasus meninggal akibat kelaparan, kalau lebih dari satu orang, kita harus mencurigai hal lain, misal kenapa satu keluarga mati bersama, atau ada kepercayaan tertentu untuk puasa ekstrem,” ujar Ade.

Ia pun merekomendasikan untuk pemeriksaan toksikologi. Tujuannya, melihat adanya keterlibatan racun di dalam jasad korban atau tidak.

Baca Juga: Kesaksian Ketua RT Soal Satu Keluarga Tewas di Kalideres, Terakhir Berkomunikasi September 2022

“Bisa diperiksa di hati, karena kalau (periksa) darah, sudah susah, karena tubuh sudah mengering,” tuturnya.

 

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU