> >

Cegah Kasus Serupa Gagal Ginjal, BPOM Imbau Tenaga Kesehatan Aktif Laporkan Efek Samping Obat

Kesehatan | 28 Oktober 2022, 05:57 WIB
(Ki-ka) Plh. Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif BPOM Elin Herlina; Kepala BPOM Penny K. Lukito; dan Wakil Ketua Internal Komnas HAM 2017-2022 Munafrizal Manan saat konferensi pers di BPOM, Jakarta, Kamis (27/10/2022). (Sumber: Kompas.tv/Ant)

“Klausul relationship-nya terhadap semua peristiwa kematian itu kaitannya dengan obat, saya kira belum bisa disimpulkan. Karena jangan sampai kita menyimpulkan dengan tiba-tiba sehingga kita terlewat hal-hal penting lainnya, hanya menyalahkan pada obat tapi hal-hal penting lainnya tidak kita eksplorasi lebih jauh lagi. Jadi mungkin lebih kehati-hatian bersama,” tuturnya. 

Diberitakan Kompas TV sebelumnya, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Zullies Ikawati juga menyarankan, agar para orang tua membiasakan mencatat nama dan tanggal obat yang dikonsumsi anak, guna memudahkan dalam pemeriksaan jika anak sakit.

“Mulai biasakan mencatat obat yang diminum anak kita, mereknya apa, kapan diminumnya, karena nanti jika ada suatu kejadian yang tidak diinginkan dan diduga karena obat maka catatannya ada,” kata Zulies dalam diskusi virtual "IDI Menjawab", seperti dikutip dari Antara, Selasa (25/10/2022).

Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan masih melakukan penelitian lebih lanjut terkait dugaan obat sirop dengan kandungan Etilen Glikol (EG) dan Ditilen Glikol (DEG) yang menjadi penyebab lonjakan signifikan pada kasus gagal ginjal akut pada anak.

Baca Juga: Epidemiolog: 1,7 Juta Orang Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut Per Tahun

Namun, dari sebagian pasien gagal ginjal akut, Kemenkes menemukan bahwa pasien anak tersebut mengonsumsi obat dengan kandungan EG dan DEG. Di sisi lain, ada juga orang tua yang mengaku bahwa anaknya yang menderita gagal ginjal akut tidak mengonsumsi obat sirop yang terdapat kandungan EG dan DEG.

“Maka catatlah obat yang diminum karena memudahkan kita menelusuri. Kadang-kadang ketika ditanya suka lupa dan sudah dibuang obatnya. Ini momentum kita aware dan peduli pada obat yang diminum,” ujar Zullies. 

Ia juga meminta orang tua tidak berlebihan dalam memberikan multi vitamin kepada anak, termasuk vitamin yang berbentuk sirop.

Menurutnya, vitamin merupakan suplemen tambahan yang hanya diberikan jika tubuh kekurangan vitamin tersebut. Penambahan vitamin pun juga tidak harus dari vitamin, namun bisa mengandalkan sayur dan buah.

“Kalau makannya sudah bergizi apalagi bayi masih ASI, itu tidak perlu diberikan vitamin, bisa diperoleh dari bahan alami juga seperti buah dan sayur. Kalau memang tidak sangat krusial dan dalam kondisi biasa, tidak harus tiap hari minum multi vitamin sirop,” tutur Zullies. 

Baca Juga: Dinkes DKI: Orang Tua Cek Frekuensi BAK Anak 7-14 Hari Setelah Mulai Demam

Mengurangi konsumsi obat sirup juga bisa dilakukan dengan memberikan obat puyer kepada anak. Ia menuturkan bahwa obat puyer biasanya sudah diberi pemanis agar anak tidak terlalu merasakan pahit ketika mengonsumsinya.

Orang tua juga bisa menambahkan sedikit air gula atau madu agar anak-anak mau mengonsumsi obat puyer.

“Kalau mau ditambah dengan air gula tidak apa-apa karena tidak berdampak terlalu signifikan. Susu juga bisa tapi harus dilihat dulu obatnya berinteraksi dengan susu,” ujarnya.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Antara


TERBARU