Cerita Ayah Bayi yang Meninggal Gagal Ginjal Akut: Tak Pernah Minum Sirup, Serangan Cepat
Kesehatan | 21 Oktober 2022, 07:19 WIBBANTUL, KOMPAS.TV- Kasus kematian anak akibat penyakit gagal ginjal akut ternyata juga terjadi pada bayidi Kapanewon Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta. Bayi tersebut meninggal pada 25 September lalu, setelah mulai demam pada 16 September.
Mengutip dari Kompas.com, ayah bayi tersebut, Yusuf Maulana (44) menceritakan anaknya baru berusia 7 bulan 2 hari saat meninggal dunia. Bayi dengan inisial ET merupakan anak kelima yang lahir normal 23 Februari 2022.
Yusuf mengatakan, anaknya sudah divaksin dasar mengikuti aturan pemerintah, grafik pada tabel Kartu Menuju Sehat (KMS) yang berisi berat-tinggi badan dan lingkar kepala menunjukkan tanda baik, dan sebelumnya tidak pernah sakit.
Namun jarak dari ET mulai demam sampai meninggal dunia hanya 9 hari.
Baca Juga: Agar Ginjal Tetap Sehat, Lakukan 8 Langkah Ini
"Anak saya dipanggil (meninggal) pada 25 September. Termasuk kasus yang sangat cepat," kata Yusuf kepada Kompas.com.
Ia menuturkan, anaknya hanya mengkonsumsi ASI dan makanan pendamping asi (MPASI) saat berusia 6 bulan. Istri Yusuf yang membuat sendiri MPASI nya dan sesekali ET mengonsumsi MPASI dengan merek umum.
Pada 16 September pagi, ET masih sehat dan dibawa ibunya berkegiatan di sekitar rumah. Namun pulangnya, bayi mungil itu mulai demam. Yusuf memperhatikan tatapan anaknya juga mulai kosong pada 17 September.
Ia juga merasa volume air kencing bayinya menurun dan mereka berpikir karena produksi ASI sang ibu sedang tidak banyak. ET juga mengalami kejang.
"Belum ada gejala kejang yang panjang. Jadi, kami anggap ini deman biasa tertular sama kakak-kakaknya," ujar Yusuf.
Baca Juga: Penyebab Penyakit Gagal Ginjal Akut Misterius pada Anak, Benarkah Hanya gara-gara Obat Sirop Saja?
Pada 18 September, kejang yang dialami ET mulai meningkat namun masih mau mengonsumsi MPASI. Intensitas kejang juga semakin panjang sampai 19 September dan MPASI masih tetap lahap.
Karena mengira anaknya dehidrasi, Yusuf pun memberi ET susu formula untuk pertama kalinya saat itu.
"Anak kami hanya mencret hari Senin jam 3 sore kali pertama dikasih sufor," ucapnya.
Yusuf dan istri pun akhirnya membawa ET ke klinik dekat rumah mereka di hari yang sama. Oleh dokter di klinik lalu disarankan ibawa ke rumah sakit. ET kemudian dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, karena jaraknya relatif dekat.
Kondisi ET terus menurun dan dokter menyebut fungsi paru-paru anaknya menurun. Yusuf lalu disarankan membawa ET ke RSUP dr Sardjito yang memiliki fasilitas lebih lengkap.
Baca Juga: Daftar 14 RS Rujukan Gangguan Ginjal Akut dan Nomor Lab yang Bisa Hubungi
Tapi karena PICU masih mengantre, ET dibawa ke PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta. Di sana ET dirawat di inkubator. Pada 20 September 2022 akhirnya ET dibawa ke RSUP Dr Sardjito.
Di RSUP itu, kondisi ET terus menurun dan ternyata sejumlah organ sudah menurun fungsinya.
"Anak saya paru dulu, tapi sisanya kena semua, liver, saraf, dan pastinya ginjal. Dokter lumayan kooperatif saat menangani anak saya. Dokternya ada dokter saraf, dokter organ dalam, dokter anak," ungkap Yusuf.
Ia teringat tubuh kecil bayinya dipasangi sejumlah alat bantu dan sang anak sudah tidak sadarkan diri hingga akhirnya meninggal dunia pada 25 September 2022.
Rumah sakit mendiagnosa penyakitnya adalah acute kidney injury (AKI) atau gagal ginjal akut. Setelah ET meninggal, rumah sakit dr. Sardjito menelusuri riwayat penyakit keluarganya. Yusuf menyebut keluarganya tidak ada riwayat Covid-19, dan tidak mengkonsumsi sirup paracetamol.
Baca Juga: 3 Zat Berbahaya Ditemukan di Obat yang Dikonsumsi Pasien Gagal Ginjal Akut, Apa Saja?
"Ibunya saja yang kalau dikaitkan parasetamolnya berupa tablet. Itu pun juga sebelum tanggal 16 September. Obat-obatan tidak pernah. Riwayat keluarga besar kami alhamdulillah bagus tidak ada penyakit ginjal dan sebagainya. Dan dokter menyatakan secara fair ini misterius," terang Yusuf.
"Secara umum seperti itu sangat cepat banget ininya menyerangnya. Itu saya kira jam demi jam itu sangat berharga karena penurunannya drastis banget," lanjutnya.
Diberitakan Kompas TV sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan ditemukan lima produk obat yang mengandung cemaran etilen glikol (EG) melebihi ambang batas yang sudah ditentukan.
Keterangan resmi secara tertulis BPOM, Kamis (20/10/2022), menyebutkan, "Hasil sampling dan pengujian terhadap 39 bets dari 26 sirop obat sampai dengan 19 Oktober 2022, menunjukkan adanya kandungan cemaran EG yang melebihi ambang batas aman pada 5 produk."
Berdasarkan penjelasan BPOM, sampling dilakukan berdasarkan beberapa kriteria, pertama, obat-obat tersebut diduga digunakan pasien gagal ginjal akut sebelum dan selama berada/masuk rumah sakit.
Baca Juga: Ada Obat Penawar dari Luar Negeri, Didatangkan Kemenkes untuk Pasien Gangguan Ginjal Akut Anak
Kedua, diproduksi oleh produsen yang menggunakan 4 bahan baku pelarut propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, dan gliserin/gliserol dengan jumlah volume yang besar. Dan diproduksi oleh produsen yang memiliki rekam jejak kepatuhan minimal dalam pemenuhan aspek mutu.
"Diperoleh dari rantai yang diduga berasal dari sumber yang berisiko terkait mutu."
Namun, BPOM belum bisa menyimpulkan apakah 5 produk obat tersebut berkaitan dengan kasus gagal ginjal akut yang sudah menyebabkan lebih dari 100 anak meninggal. Masih perlu penelitian lebih lanjut terkait hal itu.
Berikut ini daftar obat yang diduga mengandung cemaran EG dan DEG yang melebihi ambang batas:
1. Termorex Sirup (obat demam), produksi PT Konimex dengan nomor izin edar DBL7813003537A1, kemasan dus, botol plastik @60 ml.
2. Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu), produksi PT Yarindo Farmatama dengan nomor izin edar DTL0332708637A1, kemasan dus, botol plastik @60 ml.
Baca Juga: Industri Farmasi Diminta Lakukan Pengujian Buntut Kasus Ginjal Anak, BPOM Siapkan Sanksi Cabut Izin
3. Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DTL7226303037A1, kemasan Dus, Botol Plastik @ 60 ml.
4. Unibebi Demam Sirup (obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DBL8726301237A1, kemasan Dus, Botol @ 60 ml.
5. Unibebi Demam Drops (obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DBL1926303336A1, kemasan Dus, Botol @ 15 ml.
Terhadap hasil uji lima obat sirop tersebut, BPOM telah menindaklanjuti dengan memerintahkan kepada industri farmasi pemilik izin edar untuk menarik sirup obat dari peredaran di seluruh Indonesia dan pemusnahan untuk seluruh bets produk.
Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas.com