Tenaga Ahli KSP: Sebagai Pengayom Masyarakat, Polisi Jangan Menunjukkan Sifat Hedonis
Politik | 16 Oktober 2022, 21:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Ade Irfan Pulungan, meminta kepolisian yang bertugas sebagai pengayom masyarakat untuk tidak menunjukkan sifat-sifat hedonis di depan publik.
Menurut, Ade Irfan, Polri harus punya sense of crisis di mana saat ini stabilitas ekonomi dan keamanan menjadi perhatian.
"Ya stabilitas ekonomi dan keamanan sampai hari ini kan menjadi sorotan perhatian oleh kita semua. Makanya beliau mengatakan kepolisian ini sense of crisis-nya benar-benar harus bisa dipahami. Adanya kesamaan untuk bisa melihat sense of crisis," kata Ade Irfan dalam program Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Minggu (16/10/2022).
"Di mana Indonesia, bahkan negara-negara global, pasca Covid-19, persoalan ekonomi masih menjadi ancaman. Stabilitas ekonomi di seluruh dunia global ini kan dalam ketidakpastian."
Untuk itu, dia meminta, jangan sekali-sekali kepolisian menunjukkan sifat-sifat hedonis atau glamor di hadapan publik.
"Makanya, jangan sekali-sekali menunjukkan sifat-sifat hedonis, sifat-sifat yang glamor di publik. Karena itu tidak sebanding polisi sebagai pengayom masyarakat," imbuh Ade Irfan.
Baca Juga: Pesan Mahfud MD untuk Aparat, Kutip Nasihat Teddy Minahasa: Jangan Jadi Polisi Kalau Ingin Kaya!
Meski begitu, sorotan kembali terarah ke kepolisian ketika Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo justru menunjuk Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Polri Brigjen Andi Rian sebagai Kapolda Kalimantan Selatan.
Menurut Peneliti Institute for Security anda Strategic Studies (ISESS) Bidang Kepolisian, Bambang Rukminto, imbauan dari Presiden yang diucapkan seperti tidak ada arti.
"Ini belum kering bibir presiden, malamnya ikon hedonis yang sebulan lalu mendapat sorotan publik, dan juga belum tuntas menyelesaikan kasus Sambo dan turunannya, malah dapat promosi naik jadi bintang dua dan jadi Kapolda Kalsel,” kata Bambang.
"Artinya, pernyataan presiden di depan semua Kasatwil itu tak ada artinya bagi Polri," ujarnya.
Pada Jumat (14/10/2022) lalu, Presiden Joko Widodo mengumpulkan ratusan perwira Polri di Istana.
Dalam kesempatan itu, Jokowi memberikan berbagai arahan termasuk mengingatkan agar mereka berhati-hati dengan gaya hidup dan tindakan yang masuk kategori pelanggaran.
"Saya ingatkan masalah gaya hidup, lifestyle, jangan sampai dalam situasi yang sulit ada letupan-letupan sosial karena ada kecemburuan sosial ekonomi, kecemburuan sosial ekonomi, hati-hati," ucap Jokowi.
Baca Juga: Termasuk Jajaran Polisi Terkaya, Teddy Minahasa Miliki Tanah dan Bangunan Senilai Rp 28, 5 Miliar!
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV