> >

Kisah Soeratin, Pendiri PSSI yang Hidupnya Prihatin, Meninggal Dunia dalam Keadaan Miskin

Sosok | 11 Oktober 2022, 07:10 WIB
Pendiri dan Ketua Umum PSSI pertama Ir Soeratin Sosrosoegondo (Sumber: PSSi.org-)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Nama Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) terus jadi perbincangan di tengah masyarakat, setelah tragedi Kanjuruhan di Malang, yang menewaskan 131 orang. Persatuan sepak bola ini, dinilai turut bertanggung jawab. Ketuanya pun, Mochammad Iriawan alias Iwan Bule, dituntut mundur.

Dalam perjalanan sejarahnya, PSSI sebenarnya menjadi alat perjuangan para atlet sepak bola untuk lepas dari penjajahan Belanda. Saat didirikan pada 19 April 1930, sejumlah tokoh dari sejumlah organisasi sepak bola tanah air berkumpul di Yogyakarta. 

Organisasi itu adalah Voetbalbond Indonesische Jakarta (VIJ), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB), Persatuan Sepak Bola Mataram Yogyakarta (PSM), Vortendlandsche Voetbal Bond Solo (VVB), Madionsche Voetbal Bond (MVB), Indonesische Voetbal Magelang (IVBM), dan Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB).

Baca Juga: Iwan Bule: PSSI Siap Bekerja Sama dengan FIFA dan Pemerintah

Organisasi sepak bola dari berbagai daerah itu sepakat terhimpun dalam satu wadah, PSSI, seturut dengan dikumandangkannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta. 

Para tokoh sepak bola itu, sepakat mendapuk Soeratin Sosrosoegondo sebagai ketuanya. Lelaki kelahiran Yogyakarta, 17 Desember 1898 itu menjabat sebagai ketua umum PSSI selama 10 tahun, sejak 1930-1940. 

Dikutip dari situs resmi PSSI, Soeratin merupakan seorang insinyur sipil lulusan Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman pada tahun 1927. 

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Soeratin kembali ke tanah air dan bekerja di perusahaan kontruksi terkemuka milik Belanda yang berpusat di Yogyakarta. 

Namun dia tak lama bekerja di perusahaan milik Belanda tersebut. Ia memilih mundur untuk merintis pendirian organisasi sepak bola Indonesia, dan melakukan pertemuan dengan tokoh sepak bola pribumi di Solo, Yogyakarta, Magelang, Jakarta dan Bandung. 

Karena pertemuan itu mengandung unsur perhimpunan sejumlah pemuda dari berbagai daerah, maka Polisi Belanda (PID) turut memata-matainya. Namun pertemuan berjalan lancar hingga PSSI berdiri pada 1930 di Yogyakarta. 

Kala itu menjadi Ketua PSSI bukanlah pekerjaan yang memiliki gengsi. Sebaliknya, justru berjibaku dengan berbagai persoalan. Maklum, selain masih baru, kondisi negara yang masih dijajah juga turut membuat kondisi sulit.

Tidak mengherankan bila Soeratin juga aktif dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pangkat Letnan Kolonel. Kemudian setelah kemerdekaan Soeratin bekerja dan jadi salah seorang pimpinan Djawatan Kereta Api (DKA) untuk mencukupi kehidupannya. 

Namun kondisi pasca kemerdekaan bukanlah kondisi yang penuh kemewahan. Justru sarat dengan kekurangan dan keprihatinan. Hal ini yang menyebabkan Soeratin sampai sakit dalam waktu lama. Bahkan, yang paling tragis, saudara dari pahlawan Dr Soetomo ini tak sanggup membeli obat untuk mengobati sakitnya.

Baca Juga: PSSI Tak Disinggung Jokowi dalam Pidato Transformasi Sepak Bola, Erick Thohir: Tetap Diajak Diskusi

Dalam kondisi sakit-sakitan dan himpitan ekonomi, Soeratin menghembuskan nafas terakhir pada 1 Desember 1959 dan dimakamkan di pemakaman umum Sirnaraga, Bandung, Jawa Barat.

 

Penulis : Iman Firdaus Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU