Saksi Mata Pintu 13 Stadion Kanjuruhan: Saya Selamat karena Jatuh dari Pagar
Peristiwa | 7 Oktober 2022, 07:52 WIBMALANG, KOMPAS.TV - Aremania asal Bantur, Dimas Bayu, tak pernah menyangka pertandingan klub bola kesayangannya, Arema FC, melawan Persibaya pada Sabtu 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan berujung tragedi.
Ia menjadi saksi tragedi Kanjuruhan dan ikut terjebak di gate atau pintu 13 Stadion Kanjuruhan saat ribuan penonton berusaha menghindari paparan gas air mata.
“Saya selamat dari situ karena jatuh dari pagar yang berada di samping. Kalau itu bisa saya tidak jatuh sudah tidak tahu lagi nasib saya seperti apa," kata Dimas usai melakukan doa bersama di pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Malang, Selasa (4/10/2022) dilansir dari Kompas.com.
Ia mengingat kembali saat berangkat bersama tiga temannya dari desa. Mereka duduk di tribune 13 saat menonton laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 yang mempertemukan Arema FC vs Persebaya Surabaya itu.
Setelah pertandingan berakhir, terjadi kekacauan serta tembakan gas air mata ke berbagai penjuru stadion.
Baca Juga: Cerita Saksi Tragedi Kanjuruhan: Korban Dijejer, Ada yang Masih Kejang, Ada yang Mukanya Sudah Biru
Dimas mengatakan, situasi ketika penembakan gas air mata benar-benar kacau.
Ia menyaksikan orang-orang yang panik hingga kehilangan kesadaran karena merasakan perih dan sesak napas akibat terpapar gas air mata.
“Keadaan di sana sangat berdesak-desakan, dari tribune sampai keluar stadion itu sudah tidak leluasa bergerak hanya berdesak-desakan mengikuti arus orang saja,” ujarnya
“Posisi saya itu sudah sesak tidak bisa bernapas dan pasrah saja. Sementara orang di belakang disuruh mundur-mundur itu sudah tidak memungkinkan,“ imbuhnya.
Ia berupaya menyelamatkan diri sambil berusaha terus berpegangan dengan seorang rekannya. Sementara itu, ia sudah tak mengetahui keberadaan dua temannya yang lain.
“Jaket teman saya, saya pegang terus ke arah pintu sini. Jadi supaya keluarnya bareng,” ujar pemuda yang berprofesi sebagai pegawai swasta itu.
“Saat tembakan gas air mata saya terpisah dengan dua teman saya yang lain jadi saya cuma berdua saja dengan teman saya yang satunya, dan jaketnya saya pegang terus. Jadi waktu jatuh pun kami berdua,” jelasnya.
Baca Juga: Ini Cerita Evi, Anak & Suaminya Meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan: Pintu Ditahan, Suruh Tertib
Ia berhasil selamat karena pagar safety di sisi sebelum pintu keluar roboh.
“Saking desak-desaknya terlalu kuat jadi akhirnya roboh. Tapi kalau itu pagarnya tidak roboh saya tidak tahu lagi karena di depan saya itu sudah berjatuhan,” kata Dimas.
Saat terjatuh ia mengaku menindih seseorang yang jatuh lebih dulu. Kemudian saat menuju ke gerbang keluar stadion, ia melihat seorang wanita yang sudah hampir kehilangan kesadaran.
“Lalu saya juga sempat menolong salah seorang wanita yang sesak napas saat keluar ke sini. Habis itu saya beri minum dan saya keluar ke parkiran mencari teman-teman saya yang lain,” kenangnya.
Saat berada di luar stadion, Dimas melihat kekacauan lainnya. Aremania dan pihak keamanan terlibat bentrok.
Ia menyaksikan banyak orang tergeletak saat berhasil keluar stadion. Namun, ia tak yakin dengan kondisi orang-orang itu.
“Banyak juga yang tergeletak waktu kejadian saya keluar itu saya tidak tahu apakah ada yang meninggal atau belum. Tapi banyak yang sudah tergeletak dan kondisinya saya tidak tahu,” terangnya.
Dimas mengakui video yang viral di media sosial tentang kondisi gate 13 Stadion Kanjuruhan sama dengan situasi yang ia alami saat itu.
“Ya saya pernah lihat video tersebut tapi waktu saya keluar pintunya sudah terbuka,” kata Dimas.
“Tapi situasi nya tidak berubah sama sekali ya seperti itu, posisi sangat ramai pada berdesak-desaan dan orang-orang saling mendahului untuk keluar. Sempat terlihat juga yang terinjak-injak,” lanjut dia.
Baca Juga: Cerita Ibu Korban Tragedi Kanjuruhan: Anak Pertama Tak Kenali Wajah Adiknya di Ruang Jenazah
Ia cukup lega mengetahui semua temannya selamat dari kericuhan di Stadion Kanjuruhan saat itu.
“Alhamdulillah dari desa saya tidak ada yang meninggal, semuanya selamat,” ungkapnya.
Dimas berharap agar kejadian yang merenggut ratusan nyawa itu tak terulang kembali.
“Harapan saya ke depannya supaya tidak tidak terjadi lagi karena saya dengar tragedi ini terbesar yang kedua di dunia,” kata dia.
Sebagai bentuk penghormatan terakhir, ia meninggalkan syal Arema-nya di kaki Patung Singa Tegar yang menjadi saksi bisu tragedi Kanjuruhan.
“Saya memberikan syal ini karena syal itu (item) pertama kali saya beli ketika nonton Arema, jadi saya ingin memberikan itu,” pungkasnya.
Baca Juga: Update Tragedi Kanjuruhan: Ada 131 Korban Meninggal, 6 Orang Langsung Dimakamkan Tak Tercatat di RS
Sebagaimana diberitakan KOMPAS.TV sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memperbarui data jumlah korban meninggal akibat tragedi Kanjuruhan.
Berdasarkan data yang ia terima dari Crisis Center Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, ada 131 orang meregang nyawa dalam tragedi tersebut.
Enam jenazah awalnya tak tercatat dalam data rumah sakit karena sudah dibawa pulang dan dimakamkan oleh keluarga tanpa dibawa ke rumah sakit terlebih dahulu.
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV, Kompas.com