Cerita Saksi Kericuhan di Kanjuruhan, Teriakan Minta Tolong di Mana-Mana, Gas Air Mata Bikin Panik
Peristiwa | 2 Oktober 2022, 18:25 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Doni (43 tahun), seorang Aremania dari wilayah Bareng, Kota Malang, mengisahkan kericuhan yang terjadi usai laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Kericuhan yang menyebabkan sedikitnya 131 orang tewas tersebut membuatnya sedih. Ia tidak pernah memikirkan tragedi seperti itu akan terjadi. Kengerian pun masih dirasakan Doni hingga kini.
Ia menceritakan, selama pertandingan derbi Jatim tersebut sebenarnya tidak ada insiden apa pun. Namun, kengerian itu terjadi usai pertandingan.
Doni mengaku melihat dengan kepalanya sendiri orang-orang berteriak minta tolong di mana-mana. Para suporter, kata dia, panik karena tembakan gas air mata.
"Kejadianya itu setelah sepak bola habis. (Saat pertandingan) ya tidak ada, ya kalau ada agak berkelahi, ada orang yang mabuk-mabuk, biasa, lalu (teriak) sama-sama Arema, ya selesai. Baru setelah (laga usai) itu suporter turun ke lapangan," paparnya dalam Breaking News Kompas TV, Minggu (2/9/2022).
Baca Juga: Pasutri Tewas dalam Kericuhan Stadion Kanjuruhan, Anak Trauma Melihat Orang Tuanya Terinjak-Injak
Ia bercerita, dari tribun 14 tempatnya duduk, tidak ada yang turun ke lapangan.
Lalu ia melihat ada tembakan gas air mata. Doni mendengar seperti ada ledakan di sana dan membuat suporter yang masih ada dalam stadion, berhamburan panik berusaha keluar stadion.
Begitu pula Doni yang saat itu membawa anak-anak. Yang ada dalam pikirannya cuma menyelamatkan anak yang ia cintai.
"Cari pintu keluar itu berdesakan, panik. Sudah berdesakan, panas kena gas (air mata) itu. Pagar keluar roboh," kenang Doni.
Teriakan Minta Tolong di Mana-mana
Dalam situasi seperti itu, ia melihat banyak yang sudah tergolek lemas ketika ia turun. Semua orang seperti kebingungan, tuturnya.
Waktu itu, ia cuma mendengar teriakan orang-orang minta tolong dari segala arah.
"Bahkan sudah nggak ada (meninggal dunia) juga saat turun itu. Cuma teriakan tolong-tolong," paparnya.
Doni mengaku bingung karena ada gas air mata. Setahu dia, penggunaan gas air mata tidak diperbolehkan.
"Yang saya sayangkan, kok di lapangan ada gas. Kok yang di sini gas air mata," paparnya.
Baca Juga: Presiden FIFA Keluarkan Pernyataan atas Tragedi Kanjuruhan: Ini Hari yang Gelap bagi Semua
Seperti diberitakan KOMPAS.TV sebelummya, kericuhan suporter terjadi usai laga Liga 1 2022-23 pekan ke-11 antara Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Para suporter Arema FC yang kecewa dengan kekalahan timnya, masuk ke lapangan usai laga bubar.
Pihak kepolisian dan keamanan pertandingan mencoba membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata, sesuatu yang jelas-jelas dilarang FIFA.
Akibatnya, massa di tribun panik karena efek gas air mata dan berdesak-desakan keluar dari stadion.
Menurut data yang diterima KOMPAS TV dari Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, hingga Minggu (2/10/2022) pukul 14.53 WIB, jumlah korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan mencapai 131 orang.
Data tersebut sekaligus meralat pernyataan Wagub Jatim sebelumnya yang menyebut jumlah korban tewas sebanyak 174 orang.
"Tadi saya dikutip menyampaikan data BPBD tapi setelah saya cek ada potensi data ganda atau double counting karena ada korban jiwa yang tidak teridentifikasi maka bisa double entry dari sumber-sumber yang berbeda yang direkap BPBD," kata Emil dalam pesan tertulis yang diterima kepada KOMPAS TV, Minggu sore.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV