Potret Ibu yang Kehilangan Putrinya dalam Tragedi Kanjuruhan, sang Anak Pamit Mau Nonton Arema
Peristiwa | 2 Oktober 2022, 16:06 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Entah bagaimana perasaan Sofia saat mengetahui putri kesayangannya yang pamit untuk nonton pertandingan sepak bola, pulang dalam keadaan sudah tidak bernyawa.
Perempuan asal Kecamatan Sumbersari, Jember, Jawa Timur itu hanya duduk terpaku. Sesekali ia mengelap air mata sambil terisak.
Sofia harus merelakan putri kesayangannya, Faiqotul Himah (22 tahun), menjadi korban tragedi Kanjuruhan yang terjadi usai laga Arema vs Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Faiq, panggilan Faiqotul, adalah satu dari dua korban yang berasal dari Jember, Jawa Timur.
Korban lainnya adalah Noval Putra Aulia (18), warga Lingkungan Lamparan, Kelurahan Wirolegi, Kecamatan Sumbersari.
Jenazah keduanya diangkut dengan ambulans secara terpisah dan tiba di rumah duka, Minggu (2/10/2022).
Berdasarkan cerita sang kakak kandung Faiq, Nur Laila, jenazah adiknya tiba sekitar pukul 07.00 WIB.
Ketika jenazah tiba di rumah duka, isak tangis keluarga, teman, dan tetangga tak tertahankan.
Nur Laila menuturkan, sang adik memang Aremanita, sebutan bagi penggemar perempuan Arema.
Bahkan sebelum pertandingan, adiknya sudah izin dan pamit kepada keluarga untuk menonton laga derbi Arema vs Persebaya.
"Adik saya memang pamit mau nonton Arema. Dia suporter Arema," ujar Nur Laila, Minggu, dilansir Tribun Jatim.
Baca Juga: Kisah Anak Kecil Selamat dari Kericuhan Kanjuruhan Malang, Kedua Orangtuanya Ikut jadi Korban Tewas
Faiq merupakan satu dari sedikitnya 174 korban jiwa dalam tragedi paling memilukan dalam sejarah sepak bola Indonesia tersebut.
Seperti diberitakan, kericuhan suporter terjadi dalam laga Liga 1 2022-23 pekan ke-11 antara Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Para suporter Arema FC yang kecewa dengan kekalahan timnya, masuk ke lapangan usai laga bubar.
Pihak kepolisian dan keamanan pertandingan mencoba membubarkan massa. Namun, polisi mencoba mengendalikan massa dengan menembakkan gas air mata, sesuatu yang jelas-jelas dilarang FIFA.
Akibatnya, massa di tribun panik karena efek gas air mata dan berdesak-desakan keluar dari stadion.
Menurut laporan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, per Minggu (2/10) siang, sudah ada 174 korban meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan.
Baca Juga: Kericuhan Kanjuruhan: Wagub Emil Dardak Sebut Korban Tewas 174 Orang, 8 Rumah Sakit untuk Rujukan
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/Tribun Jatim