> >

SBY Sebut Ada Tanda Pemilu Tak Jujur, PDIP: Merusak Kepercayaan Publik, Timbulkan Kegaduhan

Politik | 18 September 2022, 19:51 WIB
Anggota DPR Fraksi PDIP Deddy Sitorus soal pernyataan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyebut ada tanda-tanda Pemilu 2024 bisa tidak jujur dan tidak adil. (Sumber: Tangkap Layar Kanal YouTube Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Anggota DPR Fraksi PDIP Deddy Sitorus merespons pernyataan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyebut ada tanda-tanda Pemilu 2024 bisa tidak jujur dan tidak adil.

Menurutnya, pernyataan SBY tersebut merupakan sebuah tuduhan ke pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), karena tidak disertai dengan fakta maupun data.

Dia pun kemudian mengaku prihatin dengan yang disampaikan Presiden Indonesia ke-6 tersebut. 

"Saya tidak tahu dasar informasi validitas data lalu kemudian indikator-indikator yang disebutkan Pak SBY sehingga beliau berani mengungkap ke publik hal-hal yang bersifat 'konon'," kata Deddy dalam program Kompas Petang, Kompas TV, Minggu (18/9/2022). 

"Saya sendiri terus terang sangat prihatin dengan pernyataan tersebut, karena itu jauh-jauh hari mengadu domba, mendelegitimasi Pemilu dengan asumsi-asumsi yang tidak didukung oleh fakta dan data."

Dia menyebut, apa yang disampaikan SBY itu dinilai dapat merusak kepercayaan masyarakat serta hanya akan menimbulkan kegaduhan di tengah publik.

"Jadi kita prihatin seorang mantan presiden bisa keluar dengan pernyataan seperti itu dan itu merusak kepercayaan masyarakat, menimbulkan kegaduhan, yang kita tidak mengerti untuk apa," ucapnya.

Baca Juga: SBY Turun Gunung, Duga Pemilu 2024 Terindikasi Bisa Terjadi Kecurangan

Dalam kesempatan itu, Deddy juga menyebut pernyataan SBY merupakan tuduhan kepada Jokowi karena yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pemilu adalah pemerintahan. 

"Jadi secara tidak langsung sama saja menyerang pemerintahan sama saja menyerang presiden," tegasnya. 

Deddy juga menyoroti pernyataan SBY yang menyebut mendapatkan informasi bahwa dalam Pilpres 2024 nanti akan diatur hanya dua pasang calon capres dan cawapres. 

Dia pun lantas menyebut SBY sebagai bapak hoaks nasional.

"Padahal kalau kita simak terkait pernyataan SBY, itu logika beliau tidak nyambung," ujarnya. 

"Ketika bicara ada potensi 'konon' bahwa pemilu tidak akan jujur dan adil artinya penyelenggaraan pemilu, lalu dikaitkan dengan calon presiden yang hanya ada dua, di sini saja pun beliau pantas kalau kami sematkan sebagai bapak hoaks nasional."

"Kenapa? karena beliau menyebutkan berdasarkan 'konon', dan beliau mengetahui bahwa pemilu 2024 akan menjadi tidak jujur dan tidak adil, itu kan hoaks, faktanya apa?"

 

Sebelumnya dalam Rapimnas Partai Demokrat, SBY menyatakan bakal turun gunung. Hal ini lantaran dia mengaku mendapat informasi ada tanda-tanda Pemilu 2024 bisa diselenggarakan dengan tidak jujur dan adil.

Video pidato itu viral di media sosial, termasuk diunggah oleh akun Instagram DPD Partai Demokrat Sumatera Utara, @pdemokrat.sumut.

Dalam video itu, SBY menyatakan berdasarkan informasi yang diterima, Pilpres 2024 konon akan diatur sehingga hanya diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden yang dikehendaki

"Informasinya, Demokrat sebagai oposisi jangan harap bisa mengajukan capres-cawapresnya sendiri, bersama koalisi tentunya. Jahat bukan? Menginjak-injak hak rakyat bukan," ujar SBY.

Ia mengatakan, pemikiran seperti itu adalah sebuah kejahatan karena menurutnya rakyat lah yang memiliki hak untuk memilih dan dipilih.

SBY juga mengaku tidak pernah melakukan hal serupa selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia pada 2004 hingga 2014.

"Selama 10 tahun lalu kita di pemerintahan dua kali menyelenggarakan Pemilu termasuk Pilpres, Demokrat tidak pernah melakukan kebatilan seperti itu," ujar SBY.

Baca Juga: Hasto: SBY Turun Gunung Itu Mau Sebar Fitnah ke Jokowi?

Penulis : Isnaya Helmi Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU