Bjorka Klaim Hack 679 Ribu Transaksi Surat dan Dokumen Rahasia Presiden RI
Peristiwa | 10 September 2022, 02:05 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Sebanyak 679.180 transaksi surat dan dokumen rahasia Presiden Republik Indonesia (RI) diduga bocor. Bjorka, orang yang mengeklaim melakukan hal tersebut, menjual data-data itu di forum Breached.
Dalam sebuah thread berjudul "Transactions of Letters and Documents to the President of Indonesia 679K" yang diunggah pada Jumat (9/9/2022) pukul 20.21 WIB, Bjorka mengeklaim data yang ia bocorkan kali ini "berisi transaksi surat tahun 2019 - 2021 serta dokumen yang dikirimkan kepada Presiden".
Tak hanya itu, dalam file sebesar 40 mb atau 189 mb belum dikompres, Bjorka juga menyebut ada pula "kumpulan surat yang dikirim oleh Badan Intelijen Negara yang diberi label rahasia".
Dalam thread tersebut, Bjorka turut memperlihatkan sejumlah surat transaksi dan dokumen meski tak secara menyeluruh.
Dugaan bocornya transaksi surat dan dokumen Presiden RI ini pertama kali diungkap oleh akun Twitter @darktracer_int.
Baca Juga: Marak Kasus Kebocoran Data Pribadi, Menkominfo: Itu Tanggung Jawab BSSN
Sebelumnya, akun Twitter tersebut juga mengungkapkan bahwa Bjorka telah menargetkan data-data dari Presiden RI untuk dibocorkan.
Namun, belum bisa dipastikan apakah data transaksi surat dan dokumen Presiden RI itu adalah asli atau tidak.
Apa yang dilakukan oleh Bjorka yang diduga membocorkan data rahasia ini bukan terjadi untuk yang pertama kalinya.
Sebelumnya, ia juga membuat kegaduhan saat lebih dari satu miliar data registrasi SIM card bocor dan diunggah Bjorka dalam forum Breached.
Data sebesar 87 GB diklaim berisi NIK, nomor ponsel, provider telekomunikasi, dan tanggal registrasi itu dijual Bjorka seharga menjualnya seharga USD50.000 atau Rp745,6 juta.
Bjorka juga mengeklaim bahwa dia berhasil membobol data di sejumlah pihak seperti Indihome, Kominfo, dan KPU.
Baca Juga: Data 105 Juta Penduduk Indonesia Hingga BIN Diduga Bocor, Dave Laksono : Bukti Keamanan Siber Lemah
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV