> >

Sejarah Lie Detector, Cara Kerja dan Keakuratan yang Dipertanyakan

Sosial | 7 September 2022, 11:30 WIB
Ilustrasi pengujian kebohongan atau lie detector. (Sumber: Photo by Ashkan Forouzani on Unsplash)

Baca Juga: Dipakai untuk Kasus Brigadir J, Mantan Kabareskrim: Lie Detector Tidak Lagi Digunakan Negara Maju

Menggunakan alat, uji poligraf dapat mengukur perubahan kondisi tubuh seseorang mulai dari denyut jantung, tekanan darah, peningkatan keringat, hingga interval helaan napas.

Sejumlah sensor akan dipasang pada tubuh seperti jari tangan, dada, perut, hingga lengan yang bersangkutan sebagai objek pemeriksaan. Seluruh parameter tersebut akan terungkap dalam perubahan grafik skala yang tercatat.

Penanya nantinya akan memberikan pertanyaan sederhana kepada objek untuk menetapkan norma sinyal orang tersebut. Pertanyaan kemudian berlanjut terkait perkara orang tersebut.

Saat tes, poligraf akan menunjukkan grafik dan tanda vital apa yang berubah dalam pernyataan objek yang dites. Pemeriksa yang terlatih dapat mendeteksi kebohongan itu.

Meski demikian salah satu kelemahan dari cara ini adalah subjektifnya interpretasi pemeriksa. Selain itu tiap orang juga memiliki reaksi yang berbeda terhadap kebohongan.

Baca Juga: Putri Candrawathi Diperiksa dengan Lie Detector, Ahli: Kurang Efektif Pada Orang Biasa Bohong

Metode ini juga sudah tak digunakan lagi oleh negara-negara maju. Mantan Kabareskrim Komjen (Purn) Ito Sumardi menjelaskan akurasi dari alat lie detector atau pendeteksi kebohongan tidak sepenuhnya akurat, hanya 60-70 persen.

“Di negara-negara maju lie detector ini juga tidak terlalu dijadikan satu alat yang bisa digunakan, bisa mengecek apakah orang itu menyampaikan suatu keterangan secara akurat atau tidak, secara benar atau tidak,” kata Ito Sumardi di Kompas Malam, Selasa (6/9/2022).

Selain itu keakuratan lie detector juga diragukan ketika diterapkan pada orang yang lelah, stres, hingga residivis karena sangat memengaruhi hasil.

“Demikian pula ada orang-orang yang memang sudah terbiasa, biasanya residivis ya, ya itu dia mampu meng-handle pertanyaan yang menjebak sehingga hasilnya itu menampilkan pola yang tidak menunjukkan kalau orang tersebut berbohong ya," ujarnya.

Penulis : Danang Suryo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV/Kompas.com/Polri


TERBARU