Di Balik Tembok Bangunan Lawas Pecinan Sebelah Utara Gunung Sumbing
Wisata | 3 September 2022, 09:27 WIBBangunan-bangunan pecinan kuno tersebut rencananya dijadikan sebagai trigger atau pemicu. Saat ini terdata ada 14 bangunan lawas oriental yang ada di Parakan.
Tetapi, dari 14 bangunan itu baru lima rumah yang bisa diakses melalui PIPPA. Penyebabnya, rumah-rumah itu merupakan milik pribadi dan sebagian masih ditinggali.
Pemilik dari kelima bangunan yang dijadikan sebagai objek wisata tersebut, menurut Titis, sudah setuju jika rumah mereka dkunjungi wisatawan.
Namun, mereka meminta agar PIPPA menjaga keamanan dan kenyamanan, baik untuk pemandu dari PIPPA, pengunjung, maupun pemilik rumah tersebut.
“Jadi untuk mengunjungi ya masih terbatas. Secara umumnya kami belum berani menghadirkan banyak orang atau tamu.”
“Jadi kita sistemnya custom, maksimal 10 orang untuk sekali masuk. Kalau misalnya ditargetkan sehari harus berapa kali kunjungan, kami juga belum berani,” kata Titis.
Sebagai bentuk menjaga kenyamanan dan keamanan, PIPPA memberikan syarat kepada pengunjung, salah satunya, identitas mereka harus jelas.
Selain itu, pengunjung pun tidak bisa sewaktu-waktu datang dan langsung mengunjungi bangunan-bangunan itu.
Mereka harus menginformasikan setidaknya dua hari sebelum kedatangan. Tujuannya, agar PIPPA bisa berkoordinasi dengan pemilik rumah terlebih dahulu.
“Tidak bisa mendadak. Bisa menghubungi melalui PIPPA, di media sosial ada di Facebook dan Instagram, di situ ada contact person dan narahubung,” lanjutnya.
“Yang baru berjalan itu kita paket satuan trip, jadi satu hari perjalanan itu per orangnya Rp150 ribu, dengan fasilitas welcome drink, makan siang, guide, dan ada lima rumah yang bisa dikunjungi.”
Selain wisata heritage berupa kunjungan ke rumah-rumah kuno pecinan, menurut Titis, potensi wisata lain yang ada di Kecamatan Parakan adalah wisata sejarah.
Wisata sejarah itu berupa biografi KH Subuki atau Jenderal Bambu Runcing dan sejarah Kadipaten Menoreh yang di Parakan.
“Karena dulu kan Parakan menjadi pusat pemerintahan Kadipaten Menoreh, tahun 1816 sampai 1825. Itu beberapa peninggalannya masih ada.”
Terkendala Finansial
Niat PIPPA untuk mengembangkan potensi wisata yang ada di daerahnya tidak selalu berjalan mulus.
Meskipun sudah ada dukungan dari para pemilik bangunan, yakni setuju jika rumahnya menjadi lokasi kunjungan, PIPPA masih memiliki sejumlah kendala.
Kendala pertama adalah dari sisi finansial untuk pengembangan wisata tersebut.
Menurut Titis, pihak pemerintah daerah setempat pun sebenarnya sudah memberikan dukungan, tetapi dalam bentuk motivasi.
“Mungkin dari segi dukungan, support penyemangat sudah ada, tapi dari segi finansial yang belum ada,” kata dia.
Salah satu penyebab susahnya mendapat dukungan finansial dari pemerintah setempat adalah Parakan bukan merupakan sebuah desa.
Jika Parakan merupakan desa, kata Titis, agak lebih mudah mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat, karena ada pos anggaran untuk desa wisata.
“Parakan ini kan bukan sebuah desa, kalau misalnya desa, ada sub yang namanya desa wisata. Parakan ini bukan desa, jadi bantuan untuk pendanaan memang agak susah, mau dimasukkan ke mana gitu.”
Penjelasan Titis tersebut dibenarkan oleh personel PIPPA lainnya, Ronenta. Menurut Nenta, sapaan akrabnya, tanpa ada dukungan finansial, pihaknya juga mengalami kesulitan dalam mempromosikan potensi yang ada.
Padahal, kata dia, dari sejumlah pengunjung yang pernah datang ke Parakan, sebagian mengaku sangat terkesan.
Baca Juga: Sandiaga Uno Dorong Peningkatan Wisata Kesehatan Kelas Dunia
Terlebih saat mengunjungi bangunan-bangunan kuno.
“Jadi cenderung kita tarik dulu wisatawan ke Parakan, nanti biar wisatawan langsung yang menilai,” kata dia.
“Kita kalau dalam promosinya, kita cuma sampaikan potensinya, nanti biar wisatawan sendiri yang menilai,” dia mengulangi penjelasannya.
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV