PBNU Maafkan Suharso Monoarfa soal Pidato 'Amplop Kiai' Hebohkan Warga Pesantren, Ingatkan Hal Ini
Agama | 27 Agustus 2022, 17:05 WIB“Saya akui ilustrasi dalam sambutan itu sebuah kekhilafan dan tidak pantas saya ungkapkan,” kata Suharso.
Baca Juga: Suharso Monoarfa Buka Suara Tentang Adanya Surat Desakan Mundur dari Internal PPP
Awal Mula Pidato Amplop Kiai di KPK
Sebelumnya seperti diberitakan KOMPAS.TV, imbas dari pidato tersebut, Suharso dinilai tidak memahami pesantren, apalagi salah mengaitkannya dengan korupsi atau money politic.
Ia pun mendapatkan banyak kritik, apalagi potongan video itu tersebar di media sosial.
Bahkan, sejumlah petinggi partai memintanya mundur dari kursi ketum PPP.
Pidato itu terjadi di acara Pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas (PCB) untuk Partai Persatuan Pembangunan bekerja sama dengan KPK 15 Agustus lalu, Suharso menyinggung soal amplop kiai.
Baca Juga: Demo Desak Suharso Manoarfa Mundur dari Jabatan Ketum PPP Berujung Ricuh, Ini Dia Penyebabnya!
Dalam acara yang dapat disaksikan melalui kanal Youtube ACLC KPK itu, Suharso mengawali pidatonya dengan menceritakan pengalamannya saat menjadi Pelaksana tugas Ketua Umum PPP.
Saat itu, kata dia, dirinya mesti bertandang ke beberapa kiai pada pondok pesantren besar.
"Demi Allah dan Rasulnya terjadi. Saya datang ke kiai dengan beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja. Ya saya minta didoain, kemudian saya jalan,” ujar Suharso.
“Tak lama kemudian, saya dikirimi pesan WhatsApp, 'pak Plt tadi ninggalin apa nggak untuk kiai', saya pikir ninggalin apa, saya nggak merasa tertinggal sesuatu di sana," tambahnya.
Setelah itu Suharso diingatkan bahwa jika bertemu dengan kiai harus meninggalkan 'tanda mata'.
"'Kalau datang ke beliau beliau itu mesti ada tanda mata yang ditinggalkan'. Wah saya enggak bawa. Tanda matanya apa? sarung? peci? Al-Quran atau apa? 'Kayak nggak ngerti aja pak Harso ini',” paparnya.
“Dan itu di mana-mana setiap ketemu, nggak bisa, bahkan sampai hari ini kalau kami ketemu di sana, kalau salaman-nya enggak ada amplop-nya, itu pulangnya itu sesuatu yang hambar. Ini masalah nyata yang kita hadapi saat ini," jelasnya.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV