Fakta-Fakta Seputar Mi Instan yang Harganya Kini Dikabarkan Bakal Naik Tiga Kali Lipat
Sosial | 11 Agustus 2022, 16:32 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Siapa tidak mengenal mi instan? makanan yang populer di Indonesia bahkan dunia.
Mi Instan adalah produk olahan mi yang telah mengalami proses pemasakan lanjutan (instanisasi), yaitu dikukus dan digoreng atau dikeringkan dengan udara panas hingga titik gelatinisasinya, lalu dikemas.
Produk ini digemari karena harganya murah, paling mudah ditemukan di pasar swalayan, serta penyajiannya yang mudah dan praktis.
Berdasarkan catatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, mi instan lebih banyak dikonsumsi usia muda ketimbang lansia.
Penduduk usia muda cenderung makan mi 1-6 kali per minggu atau bisa dikatakan setiap hari mengonsumsi satu bungkus mi.
Sementara pada kisaran umur 35 tahun ke atas, angkanya cenderung menurun, sebaliknya, semakin tua usia, makin jarang mengonsumsi mi instan.
Baca Juga: Ternyata Ini Faktor Utama yang Menyebabkan Harga Mi Instan Naik
Namun, tahukah Anda terdapat sejumlah fakta menarik mengenai mi instan? Biar tidak penasaran, berikut ulasannya seperti dirangkum Kompas.TV dari berbagai sumber, Kamis (11/8/2022):
1. Mi Instan Pertama Kali dicipatakan di Jepang
Mi instan diproduksi pada tahun 1958 di Jepang oleh Momofuku Ando, yang juga mendirikan perusahaan makanan Nissin Foods. Pada saat itu, Nissin Foods meluncurkan produk mi instan bermerek Chikin Ramen.
Mi Instan diciptakan untuk mengatasi krisis pangan setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II.
Pada saat itu Jepang mendapatkan bantuan pangan berupa tepung terigu dari Amerika Serikat, yang banyak diolah menjadi roti.
Namun Momofuku Ando, mencoba mencari cara menggunakan tepung terigu untuk menciptakan makanan yang diminati, tahan lama, dan murah. Setelah melalui metode coba-coba, akhirnya Ando penciptakan proses mengkukus, menggoreng, dan mengeringkan mi gandum.
Pada tahun 1958 Ando mulai memasarkan produk ini dengan nama Chikin Ramen lewat perusahaannya, Nissin.
2. Supermi, Mi Instan pertama di Indonesia
Supermi adalah merek mi instan pertama di Indonesia, diproduksi oleh PT Lima Satu Sankyo Industri Pangan (yang kini sudah diakuisisi PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk).
Produk ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1969 lalu. PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk menjadi
Adapun peresmian Pabrik PT Lima Satu Sankyo yang pertama di Cijantung, Jakarta Timur diresmikan pada 16 Juli 1969. Dalam waktu kurang dari satu tahun pabrik tediproduksi 50.000 bungkus per hari.
Supermi pertama hadir dengan rasa kaldu ayam. Lalu disusul dengan berbagai inovasi rasa lainnya.
Dari awalnya hanya satu merek yang mendominasi, yaitu Supermi, sekarang mulai bermunculan berbagai merek yang menawarkan keunggulan masing-masing.
Seperti di antaranya, Sarimi, Indomie, Mie Sedaap, Mi ABC, Pop Mie, Lemonilo, dan Migelas. Belum lagi mi instan impor dari Korea ataupun Jepang kini mempunyai penggemar tersendiri di Indonesia.
Baca Juga: Pengiriman Pasokan Gandum dari Rusia & Ukraina Terhambat, Harga Mi Instan Diprediksi Naik 3x Lipat!
3. China dan Hongkong Konsumen Terbesar Mi Instan, Kedua Indonesia
Meski pertama kali dicipakan di Jepang, namun konsumen terbesar dunia adalah China dan Hongkong.
Menurut laporan Asosiasi Mi Instan Dunia per 13 Mei 2022, secara total warga China daratan dan Hong Kong menyantap lebih dari 43,99 miliar sajian mi instan sepanjang tahun 2019.
Asosiasi yang didirikan 1997 itu menempatkan Indonesia sebagai konsumen mi instan terbesar kedua dunia. Penduduk Indonesia menyantap lebih dari 13,27 miliar sajian mi instan.
Berikutnya, Vietnam, India, Jepang. Amerika Serikat berada pada peringkat keenam dunia dengan jumlah konsumsi mencapai 4 miliar sajian.
4. Mi Instan Terimbas Perang Ukraina-Rusia?
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyebut harga mi instan bakal naik tiga kali lipat.
Kenaikan harga mi instan dipicu oleh naiknya bahan baku mie yakni gandum yang tertahan di dua negara yang tengah berperang, Ukraina dan Rusia.
"Belum selesai dengan climate change, kita dihadapkan Perang Ukraina-Rusia, di mana ada 180 juta ton gandum ngga bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya (naik) 3 kali lipat," kata Syahrul, Senin (8/8).
Syahrul mengatakan stok gandum Indonesia masih tergantung pada impor. Karenya, gangguan pasok ini sangat berpengaruh pada kebutuhan dalam negeri.
"Saya bicara ekstrem saja, ada gandum tapi harganya mahal banget. Sementara kita impor terus," ujarnya.
Berbeda dengan Mentan Syahrul, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang menyebut harga mi instan tidak akan naik 3 kali lipat.
Zulkifli yang karib dengan panggilan Zulhas mengatakan harga mi instan tidak akan naik tiga kali lipat. Harga gandum diperkirakan turun seiring membaiknya panen di sejumlah negara.
Apalagi, kata dia saat ini penjualan atau ekspor gandum dari Ukraina sudah dibuka kembali.
"Nggak (naik), mudah-mudahan. Dulu kan gagal panennya di Australia, Kanada, Amerika Serikat (AS) ya. Sekarang panennya sukses. Apalagi sekarang Ukraina bisa jual (gandum). Mungkin September trennya akan turun," kata dia, Rabu (10/8).
Tak berbeda jauh dengan Zulhas, Bos Indofood Franciscus mengatakan, harga mi instan tak akan naik 3 kali lipat karena menuturnya proses impor gandum di Indonesia hingga saat ini masih lancar.
"Masih aman-aman saja, masih lancar. Belum ada keluhan tuh sampai sekarang," kata Franciscus, Rabu (10/8).
Baca Juga: Pengabdi Mi Instan Tenang, Mendag dan Direktur Indofood Bilang Harganya Takkan Naik 3 Kali Lipat
Penulis : Isnaya Helmi Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV