Seru! Tradisi-Tradisi di Daerah Saat Merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia, di Tempatmu Apa Namanya?
Budaya | 5 Agustus 2022, 17:07 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Sejumlah perayaan Hari Kemerdekaan RI bisa digelar kembali setelah dua tahun absen lantaran pandemi Covid-19.
Selain upacara bendera, perayaan 17 Agustus juga dimeriahkan dengan berbagai lomba.
Antusiasme untuk merayakan ulang tahun kemerdekaan RI juga ditunjukkan dengan menghias dan mendekorasi kampung serta tempat tinggal dengan berbagai pernak-pernik khas 17-an.
Bahkan, beberapa daerah mempunyai tradisi tersendiri untuk memeriahkannya.
Berikut tradisi-tradiri di sejumlah daerah dalam memeriahkan peringatan Hari Kemerdekaan RI yang dilansir KOMPAS.TV dari berbagai sumber.
-
Peresean (Lombok)
Peresean merupakan kesenian tradisional masyarakat Suku Sasak Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Lomba Peresean menghadirkan pepadu-pepadu (jagoan) terkenal untuk adu ketangkasan yang biasanya dilaksanakan dalam rangka menyambut HUT Kemerdekaan RI.
Peresean adalah pertarungan dua lelaki menggunakan senjata tongkat rotan (penjalin). Dengan perisai dari kulit kerbau yang tebal dan keras (perisai disebut ende).
Awalnya, peresean merupakan pelampiasan emosi raja-raja di masa lampau, saat menang perang melawan musuh.
Petarung peresean disebut pepadu. Ada pula wasit yang disebut dengan pakembar.
Pepadu bertarung sampai salah satunya mengeluarkan darah dan yang berdarah dianggap kalah. Mereka bertarung dengan suara musik tabuhan, diawasi oleh pakembar.
Zaman dahulu peresean digunakan untuk melatih ketangkasan pria suku Sasak, dalam mengusir penjajah.
Meskipun termasuk dalam kesenian tradisional yang ekstrim, Peresean memiliki pesan moral yang bukan hanya sekadar adu ketangkasan semata.
Tradisi ini bermakna persaudaraan dan sikap ksatria seorang laki-laki yang diuji lewat permainan ini.
Baca Juga: Sering Ada Dalam Lomba 17-an, Inilah Sejarah Kerupuk yang Sudah Ada Sebelum Kemerdekaan
-
Tradisi Pacu Kude (Aceh)
Tradisi Pacu Kude merupakan permainan rakyat yang dilakukan oleh masyarakat Aceh dan sudah ada pada masa kolonial Belanda.
Lomba pacuan kuda tradisional dengan joki tanpa menggunakan pelana ini biasanya dimainkan setelah panen.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV/kebudayaan.kemdikbud.go.id/indonesia.travel/academia.edu