> >

BRIN Perkirakan Hujan Meteor Akhir Juli 2022 Dapat Dilihat dari Wilayah Indonesia

Update | 15 Juli 2022, 05:56 WIB
Ilustrasi hujan meteor (Sumber: SHUTTERSTOCK/SKY2020)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Peneliti Utama bidang Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, memperkirakan akan terjadi fenomena hujan meteor Alpha-Capricornids dan Delta-Aquariids pada akhir bulan Juli 2022.

Menurut Thomas, dua hujan meteor tersebut terjadi di langit selatan sehingga cocok diamati dari Indonesia.

Hujan meteor Delta Aquariids diperkirakan dapat diamati pada 29 – 30 Juli mulai pukul 23.00 WIB di ufuk timur. Puncaknya sekitar pukul 02.00 WIB di langit selatan. 

“Hujan meteor ini menampilkan belasan meteor per jam. Debu-debu komet 96P/Machholz diduga menjadi sumber hujan meteor ini,” kata Thomas melalui siaran pers BRIN, Rabu (13/7/2022).

Selanjutnya, hujan meteor Alpha-Capricornids diperkirakan terjadi pada 30 – 31 Juli 2022 mulai pukul 20.00 WIB di ufuk timur. 

"Namun waktu terbaik adalah setelah lewat tengah malam di arah langit selatan," jelas Thomas.

Baca Juga: Fenomena Hujan Meteor Bootid Bisa Disaksikan dengan Mata Telanjang Malam Ini!

Ia memperkirakan ada sekitar lima meteor per jam yang tampak melintas di langit saat fenomena hujan meteor Alpha-Capricornids berlangsung.

"Hujan meteor ini berasal dari gugusan debu komet 169P/NEAT yang berpapasan dengan bumi,” ungkapnya.

Meski jumlah meteornya sedikit, kata dia, kadang-kadang hujan meteor ini menampakkan meteor terang dari sisa-sisa komet yang berukuran lebih besar.

Dilansir dari situs resmi BRIN, hujan meteor merupakan fenomena astronomi tahunan yang terjadi ketika sejumlah meteor tampak meluncur silih berganti dari titik tertentu di langit.

Meteor tampak seperti bintang jatuh atau bintang berpindah.

“Debu-debu komet yang berukuran kecil kecil memasuki atmosfer bumi lalu terbakar menampakkan seperti bintang jatuh," kata Thomas.

Baca Juga: Siap-siap, Ada Hujan Meteor di Ramadan 2022 Bersama Fenomena Langit Lain Sepanjang April

Thomas menambahkan, gabungan dua hujan meteor di langit selatan menjadi daya tarik bagi pengamat langit di Indonesia. 

Kondisi kemarau diharapkan bisa membuat pengamatan hujan meteor lebih menarik. 

Ia menyarankan agar pengamat memilih lokasi pengamatan yang minim gangguan cahaya lampu. Selain itu, medan pandang ke langit selatan tidak terganggu pohon atau bangunan. 

Menurut dia, pengamatan meteor lebih baik tanpa alat, karena mata mempunyai medan pandang yang lebih luas.

“Berbahayakah hujan meteor ini? Sama sekali tidak berbahaya. Debu-debu sisa komet habis terbakar pada ketinggian di atas 80 km,” pungkasnya.

Baca Juga: Fenomena Langit 5 Planet Sejajar Hari Ini

 

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU