Muncul Video Orasi Perang Badar Simpatisan Bechi, Ini Penjelasan Pesantren Shiddiqiyyah
Update | 12 Juli 2022, 21:28 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Ketua Umum Organisasi Shiddiqiyyah (Orshid) Pesantren Shiddiqiyah, Joko Herwanto mengatakan, video viral yang diduga memperlihatkan ajakan jihad simpatisan MSAT alias Bechi, tersangka kasus pelecehan seksual santriwati, bertempat di area Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Ploso, Kabupaten Jombang.
Peristiwa itu, kata Joko, terjadi pada Jumat (8/7/2022) petang.
Untuk lokasinya, Joko menjelaskan, orasi itu terjadi tepatnya di halaman kediaman Mursyid Tarekat Shiddiqiyyah sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Shiddiqiyah, KH Muchtar Mu'thi.
Joko lantas mengungkapkan, orasi itu dilakukan pengurus Orshid berinisial ES, di depan ratusan orang.
Ia juga menjelaskan, mayoritas yang hadir adalah para simpatisan MSAT yang baru dibebaskan dari kantor polisi, terdiri dari 75 santri dan 243 jemaah Shiddiqiyah.
“Saat itu ada 300-an santri dan jemaah Shiddiqiyah yang baru pulang dari Polres Jombang,” kata Joko dilansir dari Kompas.com, Selasa (11/7/2022).
Sebagai informasi, video yang menayangkan orasi dengan narasi perang Badar beredar setelah ratusan simpatisan Bechi dipulangkan dari kantor polisi. Video itu beredar melalui WhatsApp dan media sosial, sejak Sabtu (9/7/2022).
Baca Juga: Fakta-fakta Usai Bechi Ditahan: Beredar Video Orasi Perang Badar hingga Izin Ponpes Batal Dicabut
Dalam video tersebut, tampak seorang laki-laki memakai kemeja dan peci hitam melakukan orasi di depan ratusan orang.
Sebagaimana terekam dalam video dengan durasi 2 menit 5 detik tersebut, sosok laki-laki itu melakukan orasi dengan narasi jihad perang badar, menyebut 300 orang yang ditahan polisi sedang jihad.
Joko lantas menjelaskan, orasi dengan narasi perang badar bertujuan membangkitkan para santri dan jemaah Shiddiqiyah yang baru pulang dari Mapolres Jombang, setelah sempat ‘menginap’ selama satu malam.
Menurut Joko, orasi itu tidak bertujuan memprovokasi santri dan jemaah Shiddiqiyah untuk melakukan perlawanan kepada polisi yang menangkap MSAT dan menahan para simpatisannya.
“Beberapa kawan di Pesantren melihat bahwa teman-teman dalam kondisi yang lemas, loyo, dan memang harus dipahami karena mereka (ditahan) selama dua hari satu malam berada di Polres Jombang," paparna.
“Sehingga, beberapa pengurus berinisiatif untuk membangkitkan semangatnya, menguatkan mentalnya, ibarat pulang dari perang badar,” ujar dia.
Joko mengakui, orasi yang disampaikan pria berinisial ES itu memiliki kekuatan memicu semangat para santri dan jemaah Shiddiqiyah.
Namun, lanjut dia, maksud di balik orasi dengan narasi perang badar adalah mengajak para santri dan jemaah Shiddiqiyah untuk bersiap berperang melawan hawa nafsu.
“Bahwa yang dimaksud adalah setelah pulang dari perang badar dalam kondisi yang lemah dan loyo, kami berharap ada kesiapan dari anak-anak untuk menghadapi perang yang lebih besar, yaitu perang melawan hawa nafsu,” ungkap Joko.
Dia berharap, orasi perang badar setelah pemulangan simpatisan MSAT dari kantor polisi tidak memicu polemik baru dan berkepanjangan.
Joko memastikan, keluarga besar Pesantren Shiddiqiyah akan mematuhi dan mengikuti proses hukum yang sudah berjalan terkait kasus dugaan pencabulan yang dihadapi MSAT, anak dari pengasuh Pesantren Shiddiqiyah.
Baca Juga: Ini Peran 5 Simpatisan Bechi Tersangka Pencabulan Santriwati, Tabrak Polisi hingga Siram Kopi Panas
Polisi Kirim Surat Panggilan usai Muncul Video itu
Sementara itu, jajaran Kepolisian Resor (Polres) Jombang, Jawa Timur, telah melayangkan panggilan kepada sosok yang melakukan orasi di video itu. Kasat Reskrim Polres Jombang AKP Giadi Nugraha mengatakan, polisi akan memeriksa orator tersebut.
“Sudah kita dapatkan inisialnya, orangnya juga sudah jelas. Sudah kita jadwalkan untuk melakukan pemanggilan. Panggilan sudah kita kirim hari ini,” ujar Giadi di Mapolres Jombang, Senin (11/7/2022).
Dia mengungkapkan, pihaknya telah mengamati dan menganalisis konten narasi sebagaimana terekam dalam video yang beredar.
Giadi masih belum berani mengambil kesimpulan apakah orasi yang disampaikan terdapat unsur provokasi dan ujaran kebencian atau tidak.
“Kita lihat dulu, kita masih koordinasi dengan ahli bahasa apakah hal-hal tersebut masuk dalam ujaran kebencian atau provokasi yang mengakibatkan tindak pidana. Nanti kita koordinasikan dulu,” ujar Giadi.
Sebelumnya, sebanyak 318 orang simpatisan Bechi, anak kiai Jombang yang menjadi tersangka pencabulan, dipulangkan dari kantor polisi, Jumat (8/7/2022) petang.
Mereka sebelumnya ditangkap polisi karena berupaya menghalang-halangi petugas yang mencari keberadaan MSAT di Pesantren Shiddiqiyah Ploso, Jombang, Jawa Timur, Kamis (7/7/2022).
Setelah menjalani proses pemeriksaan dan sempat ‘menginap’ di Mapolres selama satu malam, ratusan simpatisan MSAT akhirnya dipulangkan, Jumat petang.
Nasib berbeda dialami lima simpatisan MSAT lainnya. Polisi menetapkan lima simpatisan MSAT sebagai tersangka dan menjalani penahanan di kantor polisi, mulai hari itu.
Mereka dijerat dengan Pasal 19 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) dengan ancaman hukuman penjara selama lima tahun.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/kompas.com