> >

Haedar Nashir: Perayaan Iduladha 2022 Beda Hari Wajib Hindari Fanatisme Golongan

Agama | 8 Juli 2022, 21:27 WIB
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. (Sumber: Kompas.com/DANI PRABOWO)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Hari Raya Iduladha 2022 dirayakan berbeda oleh warga Muhammadiyah dan pemerintah.

Pemerintah menetapkan Iduladha 1443 H pada 10 Juli 2022, sementara Muhammadiyah melakukan salat Iduladha lebih awal, Sabtu 9 Juli 2022.

Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir, bangsa Indonesia harus menjaga kerukunan dan kebersamaan termasuk dalam menghadapi perbedaan Idul Adha.

“Kami berharap yang akan datang kaum muslim di Indonesia memiliki kalender global yang bisa memberikan kepastian,” ujarnya, dalam siaran pers, Jumat (8/7/2022).

Baca Juga: Haedar Nashir Minta Elit Politik Tidak Melupakan Tugas

Ia mengajak seluruh warga bangsa untuk menghormati, menghargai, dan tidak ada yang ingin mendominasi walaupun pemerintah menentukan hari dan tanggal Iduladha.

Ia berharap pemerintah bersifat toleran, mengayomi, sekaligus menjadi tempat bersandar di tengah keragaman sehingga pemerintah tidak perlu bersifat monolitik.

Dalam amanat yang disampaikan pada malam takbiran, Haedar juga berpesan agar setiap kantor wilayah turut bersikap arif dan menghormati perbedaan keyakinan terhadap Iduladha ini dengan tidak memaksa anggotanya untuk merayakan salat Iduladha pada hari tertentu.

“Keragaman paham, organisasi, tidak menghalangi kita untuk berbagi menjadi satu tubuh yang sama sebagaimana pesan nabi bahwa antar umat, antar golongan harus saling menyangga satu sama lain,” ucapnya.

Haedar mengajak seluruh tokoh, umat, dan warga persyarikatan merayakan momen Iduladha ini untuk berkurban dengan memberikan pencerahan yang memandu pada kehidupan umat manusia yang maju, damai dan sejahtera.

Ia menilai dengan Beragama, umat harus berkurban menghindari hal-hal yang bersifat ananiyah hizbiyah, egoistme, fanatisme golongan yang berlebihan, atau juga perjuangan golongan yang berlebihan yang menegasikan kelompok secara lebih besar. Pada saat yang bersamaan, umat harus mau berbagi dan menghormati paham yang berbeda.

Baca Juga: Haedar Nashir: Buya Syafii Paling Gundah Terhadap Perpecahan - ROSI

“Sehingga agama menjadi jalan ruhaniyah kita sekaligus menjadi jalan kehidupan kita untuk menyelamatkan kehidupan bersama, lingkungan, dan kita bisa menebar maslahat berkah Allah di muka bumi tercinta, Indonesia,” kata Haedar Nashir.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU