> >

Anies Ganti Nama Jalan Warung Buncit, Sejarawan JJ Rizal: Dulu Tan Boen Tjit, justru Bersejarah

Peristiwa | 30 Juni 2022, 17:02 WIB
JJ Rizal saat menyerahkan petisi ubah nama JIS jadi Stadion MH Thamrin ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (22/6/22). JJ Rizal juga menyesalkan Pemprov DKI jakarta yang mengubah nama Jalan Warung Buncit. (Sumber: Kompas.tv/Hasya Nindita)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sejarawan JJ Rizal mengungkapkan ketidakcermatan dalam pemilihan salah satu dari 22 nama jalan di Jakarta yang dilakukan Gubernur DKI Anies Baswedan.

Menurut JJ Rizal, penggantian nama jalan Warung Buncit Raya diganti dengan nama Jalan Hj. Tutty Alawiyah kurang tepat. Lokasi jalan itu sendiri berada di Jakarta Selatan.

Menurutnya, Jalan Warung Buncit justru bersejarah bagi warga Betawi. 

JJ Rizal pun mengungkapkan, penamaan nama Jalan Warung Buncit memiliki sejarah yang sarat akan keindahan dan toleransi antara masyarakat Betawi dan Tionghoa.

Menurut dia, kata Buncit berasal dari seorang tokoh Tionghoa yang dulu pernah tinggal di sana bernama Tan Boen Tjit.

Dikisahkan, Tan Boen Tjit adalah sosok pemilik usaha warung yang pemurah terhadap warga pribumi Jakarta.

Karena kemurahan hatinya, lanjut JJ Rizal, ia begitu dihargai hingga namanya pun diabadikan sebagai nama jalan oleh warga Betawi.

"Jalan Warung Buncit Raya itu ada sejarah keindahan toleransi dan inklusivitas masyarakat Betawi. Mereka (warga Betawi) yang identik dengan Islam memberi nama daerah dengan jalannya, nama seorang Tionghoa, Tan Boen Tjit," kata JJ Rizal dilansir dari Tribun Jakarta, Kamis (30/6/2022). 

“Inilah toponimi (asal-asul tempat, red) Warung Buncit. Bukankah ini nilai sejarah budaya yang penting buat kekinian kita?" sambung JJ Rizal.

Baca Juga: Anies Bikin Gelombang 2 Ganti Nama Jalan DKI, Sejarawan Betawi Ungkap Fakta: Tidak Jakarta Sentris

Baca Juga: Anies Ganti 22 Nama Jalan di DKI, Sejarawan Betawi Sebut Tokohnya Jelas dan Bukan Dongeng

Sudah Lama Betawi Terpinggirkan 

JJ Rizal pun menegaskan, ia tak menyoal langkah Pemprov DKI mengabadikan para tokoh Betawi sebagai nama jalan.

Bahkan, ia justru mendukung langkah Anies itu sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh Betawi di rumah mereka sendiri.

"Sudah terlalu lama orang Betawi disingkirkan dan dilupakan di kampungnya sendiri yang menjadi ibu kota dan jantung pembangunan nasional. Padahal tokoh-tokohnya menyumbang dalam pergerakan nasional dan revolusi kemerdekaan serta menumbuhkan karya seni kreatif kerakyatan," kata Rizal. 

"Ini memang patut dihargai dan diberi ruang dalam kota agar memori masyarakat serta adat Betawi tidak tersingkir," ujarnya.

Namun, ia juga mengingatkan agar hal itu dilakukan dengan hati-hati dan tak menghapus begitu saja sejarah yang sudah ada.

"Persoalannya bukan pada nama tokohnya, meskipun ada tokoh yang belum jelas peran sejarahnya, tetapi pada kurangnya kehati-hatian dalam proses memilih tempat, menaruh nama-nama tokoh tersebut," kata JJ Rizal. 

Oleh karena itu, riset atas nama-nama tokoh yang dijadikan nama jalan dan penempatan daerahnya menjadi sangat penting.

Begitu juga terkait sosialisasi nama jalan yang telah diubah, haruslah benar-benar sampai ke masyarakat.

Di sisi lain, JJ Rizal juga menggarisbawahi soal payung hukum penamaan jalan yang tercantum pada Peraturan Pemerintah (PP) nomor 2 tahun 2021 tentang penyelenggaraan nama rupabumi.

Pendiri Penerbit Komunitas Bambu itu memperingatkan, jika aspek di atas tidak terpenuhi, maka perubahan nama jalan bisa berakibat bencana etnosentrisme.

Etnosentrisme, menurutnya, sebuah sikap atau pandangan yang membanggakan identitas diri dan kerap dibarengi dengan sikap meremehkan masyarakat atau budaya lain.

"Percuma jika asal taro nama-nama tokoh Betawi yang sudah diriset itu, malah berbalik menjadi kontroversi dan bahkan mencemar masyarakat Betawi dalam prasangka etnosentrisme," kata JJ Rizal.

 

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Tribun Jakarta


TERBARU