Tak Mau Stadion GBLA Identik dengan Kematian, Ridwan Kamil: Bobotoh Harus Taat Aturan
Peristiwa | 22 Juni 2022, 18:43 WIBBANDUNG, KOMPAS.TV - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil meminta para bobotoh (suporter Persib Bandung) untuk taat aturan agar Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) tidak identik dengan tempat kematian.
Sebagai catatan, ada dua bobotoh yang baru saja meninggal karena terinjak-injak saat mencoba masuk ke GBLA untuk menyaksikan laga Persib melawan Persebaya di lanjutan Piala Presiden 2022, Jumat (17/6/2022).
Dalam laga tersebut, banyak suporter yang tidak memiliki tiket, tetapi tetap ingin menyaksikan pertandingan dari dalam stadion.
Baca Juga: 2 Suporter Meninggal Dunia, Ratusan Bobotoh Berunjuk Rasa di Depan Kantor Persib Bandung
Kematian Ahmad Solihin dan Sopiana Yusuf pada pekan lalu menambah catatan kelam kematian suporter di GBLA.
Semenjak Persib berpindah kandang ke GBLA, sudah ada empat suporter yang meninggal, hanya karena ingin menonton pertandingan sepak bola. Dua lainnya adalah Rico Andrea (2017) dan Haringga Sirla (2018).
Merespons hal tersebut, Ridwan Kamil meminta para suporter untuk taat aturan. Kang Emil, begitu Ridwan Kamil biasa diakrabi, tidak ingin wajah GBLA diidentikkan dengan stadion kematian.
"Saya sudah sampaikan duka cita. Mudah-mudahan ini jadi pelajaran, jangan sampai GBLA identik dengan kematian," kata Kang Emil, dikutip dari Kompas.com.
"Buat apa ada kompetisi kalau harus hilang nyawa? Tidak sebanding."
"Imbauan kepada bobotoh, hidup itu harus taat aturan. Kalau tidak punya tiket, jangan datang, nonton saja di televisi. Karena melanggar aturan ini jumlahnya banyak, lalu situasi emosional, terjadilah dukacita yang kita lihat," imbuhnya.
Baca Juga: Tewasnya 2 Suporter Persib Bandung, Aji Santoso Minta Insiden Bobotoh di Stadion GBLA Dievaluasi
Lain itu, pria lulusan Universitas California tersebut memberi masukan kepada pihak panitia penyelenggara Piala Presiden untuk lebih menerapkan pengamanan berlapis.
Gubernur ke-15 Jawa Barat itu merasa jengah dengan kejadian pilu yang terus berulang ini.
"Ini selalu berulang-ulang dari zaman dahulu."
"Masukan teknis ke panitia penyelenggara, cegah orang tak bertiket jauh-jauh sebelum masuk stadion. Seperti PON Papua, dicegatnya dari jalan yang jauh dari venue," sambung Kang Emil.
Penulis : Gilang Romadhan Editor : Vyara-Lestari
Sumber : kompas.com