Penyebaran Mikroplastik dan Bahayanya: Ditemukan Dalam Air Minum hingga Buah dan Sayur
Kesehatan | 17 Juni 2022, 13:16 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Ancaman mikroplastik sudah berada dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari.
Mikroplastik merupakan partikel plastik atau fiber dengan ukuran kurang dari 5 mm.
Ada dua tipe mikroplastik, yakni primer dan sekunder.
Mikroplastik primer diproduksi dalam ukuran yang sangat kecil, contohnya polyethylene microbeads yang banyak terdapat pada produk-produk perawatan tubuh dan kecantikan.
Sedangkan mikroplastik sekunder berasal dari degradasi plastik sekali pakai yang berukuran lebih besar.
Peneliti Mikroplastik Universitas Katholik (Unika) Soegijparanata Semarang Inneke Hartoro menjalaskan bahwa plastik dalam ukuran mikro itu telah banyak masuk ke dalam tubuh manusia, salah satunya melalui saluran konsumsi atau pencernaan.
"Ini dari area atau lingkungan yang terpolusi mikroplastik kemudian masuk ke rantai makanan, mulai dari organisme yang levelnya paling rendah sampai organisme yang levelnya paling tinggi, kemudian kita makan," kata Inneke dalam webinar Mengenal Mikroplastik dan Dampaknya pada Lingkungan & Kesehatan yang digelar oleh AJI Jakarta, Kamis (16/6/2022).
Baca Juga: Mikroplastik Jadi Ancaman bagi Bumi, WWF Desak Dunia Setujui Perjanjian Global soal Polusi Plastik!
Inneke menjelaskan sifat mikroplastik yang ubiquitos atau ada di mana-mana.
Bahkan, mikroplastik sudah ditemukan di berbagai bahan makanan.
"Ada seafod, garam, madu, gula, buah, dan sayur," ungkapnya.
Partikel plastik tersebut bahkan ditemukan di daerah yang minim penduduk, misalnya salju di kutub utara.
Menurut Inneke, mikroplastik bisa berpindah lewat atmostef dan perantara lain.
"Mulai dari udara, air, tanah, sedimen, seafood, hasil perikanan air tawar, tumbuhan, berbagai produk pangan, dan air minum (drinking water)," ujarnya.
Mengutip dari Antara, ada juga serat mikroplastik yang merupakan serat sintetis seperti polyester atau nylon yang digunakan untuk bahan pakaian, mebeler, senar pancing dan jaring ikan.
Tanpa disadari, saat mencuci baju dari serat sintetis maka secara tidak langsung ada buangan mikroplastik yang akhirnya terbawa air dan berujung masuk ke laut.
Semua mikroplastik yang sudah masuk laut akhirnya ikut terbawa arus dan menyebar ke seluruh perairan dunia sehingga dapat ditemui dari perairan tropis hingga laut arktik.
Data dari Pusat Riset Geoteknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional, memperkirakan rasio jumlah plastik terhadap ikan di laut pada 2025 adalah 1 berbanding 3, artinya laut akan semakin jenuh dengan mikroplastik.
Baca Juga: Temukan Kandungan Mikroplastik di 5 Sungai Jabar, Ecoton Somasi Ridwan Kamil
Jika tidak ada upaya mengurangi sampah plastik maka diprediksi pada 2050 diperkirakan jumlah sampah plastik akan lebih banyak dibandingkan jumlah ikan di laut. Artinya semakin banyak produk pangan laut yang sudah terkontaminasi mikroplastik.
Penelitian yang dipublikasikan oleh Institut Alfred Wegener di Pusat Penelitian Kutub dan Kelautan Helmholtz (AWI), Jerman, pada April 2022, kandungan mikroplastik yang tinggi ditemukan di air, dasar laut, pantai-pantai terpencil, sungai dan bahkan di es dan salju di seluruh wilayah Arktik.
Penelitian itu mengungkap, setiap tahun ada 19 sampai 23 juta metrik ton sampah plastik berakhir di sistem perairan dunia.
Demikian juga di Indonesia, mikroplastik dapat ditemukan di perairan laut, sedimen sungai, estuari, sedimen di lingkungan terumbu karang, bahkan dalam perut ikan.
Sampah plastik yang terpendam bertahun-tahun di tanah juga terurai menjadi mikroplastik yang ikut terserap tanaman melalui serapan air tanah yang tercemar. Sejumlah sayuran yang ditanam di lahan bekas timbunan sampah ternyata juga mengandung mikroplastik.
Ayam kampung yang mencari makanan di sekitar areal sampah juga sudah terbukti di darah dan telurnya mengandung mikroplastik.
Bahkan polusi udara juga mengandung mikroplastik berukuran 10 – 25 nm yang dapat terakumulasi di saluran pernafasan dan paru-paru hewan dan manusia sehingga akan mengganggu sistem pernapasan.
Dr. Mufti Petala Patria mengungkap, hasil riset pada beberapa hewan percobaan, mikroplastik akan berpengaruh pada perubahan kromosom yang dapat menyebabkan infertilitas, obesitas, dan kanker.
Selain itu mikroplastik juga dapat menyebabkan respon imun yang tidak normal. Semua dampak negatif itu mungkin dapat terjadi pula pada manusia.
Perlu penelitian lebih dalam untuk mengetahui sejumlah penyakit yang bisa diakibatkan oleh cemaran mikroplastik yang masuk dalam pencernaan manusia.
Makin parah cemaran mikroplastik akan memunculkan penyakit baru yang disebabkan residu mikroplastik dalam tubuh manusia dan akhirnya menggerus dana kesehatan global.
Kampanye mengurangi penggunaan plastik harus terus digaungkan termasuk mendaur ulang sampah plastik (recycle) dan menggalakkan kegiatan membersihkan sampah plastik di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, sungai, danau dan laut.
Selain itu, penting untuk memproduksi kemasan ramah lingkungan dari bahan organik yang banyak terdapat di Indonesia seperti serat singkong, daun pandan, kulit jagung, daun jagung, daun kelapa, daun kelapa sawit, pohon rami, daun dan pelepah pisang sampai eceng gondok yang menjadi tanaman penutup di sungai dan danau.
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Antara