Kisah Tukang Becak asal Madura Naik Haji, Bermodalkan Emas dan Arisan Istri
Agama | 17 Juni 2022, 09:47 WIBSURABAYA, KOMPAS.TV – Banyak cara yang dilakukan umat muslim untuk bisa naik haji, salah satunya dengan cara mengayuh becak tiap hari dan hasilnya bisa mengantarkan Holili Addrae Sae (60) ke tanah suci.
Namun, bukan hanya itu saja yang membawanya ke tanah suci. Ada faktor kepintaran istri yang membuatnya bisa menunuaikan ibadah haji.
Holili pun bergembira karena pada hari ini, Jumat pagi (17/6/2022), ia akhirnya bisa terbang bersama 445 calon jemaah lainnya dari kloter 20 Embarkasi Surabaya ke Madinah.
HoIili berasal dari Kelurahan Banyuanyar, Kabupaten Sampang, Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur.
"Saya sangat bersyukur sekali bisa berangkat haji tahun ini," kata Holili di Asrama Haji Surabaya, dilansir kompas.com pada Jumat (17/6/2022).
Baca Juga: Kisah Tukang Pijat asal Bojonegoro Naik Haji, Sering Menolong Jemaah Haji yang Kelelahan
Berkat Kepintaran Sang Istri
Holili lantas cerita, perjuangannya selama ini mengumpulkan uang untuk biaya haji dari jerih payah sebagai tukang becak terbayar tunai.
Dan ia menyebut, semua itu berkat sang istri tercinta bernama Busideh.
Uang yang didapat mengayuh becak dikumpulkan sedikit demi sedikit dan oleh istri diputar dijadikan emas.
Tujuannya, agar tabungan itu tersimpan dengan baik. Apalagi, uang itu dikumpulkan sedikit demi sedikit.
"Sehari kadang mendapat Rp 30.000 sampai Rp 50.000, kadang juga tidak mendapat apa-apa," ujarnya.
Tak hanya mengayuh becak, Holili juga menjadi kuli angkut di pelabuhan yang tak jauh dari rumahnya.
Istri Dapat Arisan, Sayangnya Ia Wafat Sebelum Berangkat
Pada 2011, sang istri mendapat arisan. Uang hasil arisan ditambah dengan hasil penjualan emas yang selama ini ditabung menjadi bekal untuk mendaftar haji.
"Awalnya saya ragu, tapi isteri saya meyakinkan insyaallah akan dibantu oleh Allah SWT," ucapnya.
Meski cukup antusias jelang keberangkatan haji, Holili masih menyimpan duka.
Bebeberapa bulan jelang pengumuman keberangkatan pada 2020, istrinya meninggal karena sakit.
Holili sempat menawarkan kepada kedua putranya agar menggantikan kuota ibunya untuk berangkat haji, tetapi kedua putranya menolak.
"Anak-anak saya ingin agar uang jatah ibunya diberikan kepada orang sebagai badal haji atau pengganti ibadah haji ibunya," jelas Holili.
Jelang keberangkatan, Holili semakin bingung karena tidak memiliki cukup uang untuk bekal dan membayar KBIH.
Dia lagi-lagi bersyukur karena ada pihak KBIH yang bersedia memfasilitasi keberangkatan hajinya tanpa dipungut biaya.
"Alhamdulillah, doakan saya dan istri saya menjadi haji yang mabrur," harapnya.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/kompas.com