Olga Lydia Senang Dengar Gaji dan Tunjangan Anggota Dewan Tinggi, Begini Harapannya
Politik | 16 Juni 2022, 08:49 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Artis sekaligus aktivis sosial Olga Lydia punya penilaian berbeda terkait gaji dan tunjangan besar yang diterima anggota dewan.
Olga menyatakan banyak orang menganggap sinis terhadap gaji dan tunjangan besar anggota dewan wakil rakyat.
Namun dirinya menilai hal tersebut seharusnya menjadi sebuah dorongan agar masyarakat mau terjun ke dunia politik dan partai politik.
Baca Juga: Heboh! Krisdayanti Buka-bukaan Gaji Anggota DPR, Hingga Bocoran Gaji Menteri, dan Presiden - SISITV
Begitu juga dengan partai politik bisa membuat masyarakat berlomba-lomba untuk mendaftar sebagai anggota.
"Saya malah gembira ada yang menyatakan gaji anggota DPR besar, karena dengan harapan banyak orang mendaftar, sehingga partai bisa memilih yang terbaik, yang pintar, yang mau kerja. Itu harapannya," ujarnya di acara Satu Meja The Forum Special KOMPAS TV sekaligus peluncuran Rumah Pemilu 2024, Rabu (15/6/2022).
"Mudah-mudahan setelah ada yang mengatakan gaji anggota dewan tinggi, mudah-mudahan menarik banyak orang," sambung Olga.
Olga juga berharap parpol bisa menghasilkan calon perwakilan rakyat yang memiliki rekam jejak baik dan dikenal oleh masyarakat di Pemilu 2024.
Baca Juga: Ungkap Gaji DPR, Krisdayanti Tidak Perlu Minta Maaf - Opini Budiman
Dalam pengalamannya di Pemilu 2019, tidak ada calon wakil rakyat yang sesuai dengan kriteri yang diinginkan.
"Saya berharap di Pemilu 2024 nanti dari partai bisa memberi calon yang memang kita bisa pilih dengan hati gembira, dengan senyum," ujarnya.
Di kesempatan yang sama, Sekjen Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) Djayadi Hanan mengakui ketertarikan masyarakat khususnya generasi muda terhadap politik hanya di antara 30 sampai 35 persen.
Baca Juga: Jangan Kaget, Ini Besaran Gaji Presiden RI Sejak Soekarno hingga Jokowi
Angka tersebut bertolak belakang dengan keinginan generasi muda untuk berpartisipasi saat pemilu yang terus meningkat mencapai 80 hingga 90 persen.
Menurut Djayadi keengganan generasi muda terjun ke politik karena diidentikkan dengan perebutan ketua umum partai dan kepala daerah. Padahal politik tidak hanya sebatas itu.
Hal ini yang menjadi tantangan parpol ke depannya untuk menyampaikan kepada generasi Y dan generasi Z bahwa politik itu bukan hanya soal pemilihan ketua umum partai atau soal saling gontok-gontokan rebutan kekuasaan.
"Politik itu menyangkut hal yang terkait nasib hidup mereka sehari-hari. Seperti soal pendidikan, asuransi kesehatan, soal pekerjaan yang akan mereka dapat setelah selesai kuliah, atau apakah orang tuanya bisa menyekolahkan mereka atau tidak," ujar Djayadi.
Baca Juga: Heboh Gaji dan Tunjangan DPR yang Jumlahnya Fantastis
Penulis : Johannes Mangihot Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV